HOME | CARI ARTIKEL DI SINI

Jumat, 28 Agustus 2015

Sholawat Pohon Uang

 Sholawat Pohon Uang 
(SYAJAROTUN NUQUD):
Ijazah dari
Al-Habib Segaf Bin Mahdi Bin Syeikh Abu Bakar Bin Salim Parung, Bogor Ra Lahu Al-Fatihah.............................:
اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِ نَامُحَمَّدٍوَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا  مُحَمَّدٍ    
Al-Habib Segaf Bin Mahdi Bin Syeikh Abu Bakar Bin Salim Parung, Bogor berkata : “Barang siapa setiap hari membaca sholawat tersebut dengan istiqomah sebanyak 400 (Empat Ratus) kali setelah sholat ‘isya’, maka dia seakan-akan (Seperti) memiliki pohon uang di depan rumahnya”sumber

sayyidul istighfar

sayyidul istighfar ini menduduki rangking pertama dilihat dari segi redaksional maupun kelengkapan arti.
Berikut ini, Saya tuliskan kembali bacaan doa sayyidul istighfar tersebut :
للَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّيْ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ أَنْتَ، خَلَقْتَنِيْ وَأَنَا عَبْدُكَ، وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ، أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ، أَبُوْءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ، وَأَبُوْءُ بِذَنْبِيْ فَاغْفِرْ لِيْ فَإِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إِلاَّ أَنْتَ
"Allahumma anta robbii laa ilaaha illaa anta, kholaqtanii wa anaa ‘abduka wa anaa ‘alaa ‘ahdika wa wa’dika mastatho’tu. A’udzu bika min syarri maa shona’tu, abuu-u laka bini’matika ‘alayya, wa abuu-u bi dzanbii, faghfirlii fainnahuu laa yaghfirudz dzunuuba illa anta"
”Ya Allah Engkau adalah Tuhanku, Tidak ada sesembahan yang haq kecuali Engkau,Engkau yang menciptakanku, sedang aku adalah hamba-Mu dan aku diatas ikatan janji -Mu dan akan menjalankannya dengan semampuku, aku berlindung kepadamu dari segala kejahatan yang telah aku perbuat, aku mengakui-Mu atas nikmat-Mu terhadap diriku dan aku mengakui dosaku pada-Mu, maka ampunilah aku, sesungguhnya tiada yang mengampuni segala dosa kecuali Engkau”
(HR. Bukhari no. 6306)
Lalu apa saja fadilah atau keutamaan membaca sayyidul istighfar di atas ?
مَنْ قَالَهَا مِنَ النَّهَارِ مُوقِنًا بِهَا ، فَمَاتَ مِنْ يَوْمِهِ قَبْلَ أَنْ يُمْسِىَ ، فَهُوَ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ ، وَمَنْ قَالَهَا مِنَ اللَّيْلِ وَهْوَ مُوقِنٌ بِهَا ، فَمَاتَ قَبْلَ أَنْ يُصْبِحَ ، فَهْوَ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ
“Barangsiapa mengucapkannya pada siang hari dan meyakininya, lalu dia mati pada hari itu sebelum waktu sore, maka dia termasuk penghuni surga. Dan barangsiapa mengucapkannya pada malam hari dalam keadaan meyakininya, lalu dia mati sebelum waktu pagi, maka dia termasuk penghuni surga.”
sumber

KAMI WASIATKAN 7 PERKARA

Didalam kitab "Tanbihul Ghofilin" disebutkan, Ibrahim bin Adham berkata....
"Telah datang kepadaku beberapa orang tamu, dan saya tahu
mereka itu adalah wakil guru tariqat. Saya berkata kepada mereka, berikanlah nasihat yang berguna kepada saya, yang akan membuat
saya takut kepada Allah s.w.t..Lalu mereka berkata, "Kami wasiatkan kepada kamu 7 perkara, yaitu :

1· Orang yang banyak bicaranya janganlah kamu harapkan sangat kesadaran hatinya.
2· Orang yang banyak makan janganlah kamu harapkan sangat kata-kata hikmah darinya.
3· Orang yang banyak bergaul dengan manusia janganlah kamu harapkan sangat kemanisan ibadahnya.
4· Orang yang cinta kepada dunia janganlah kamu harapkan sangat khusnul khatimahnya.
5· Orang yang bodoh janganlah kamu harapkan sangat akan hidup hatinya.
6· Orang yang memilih berkawan dengan orang yang zalim janganlah kamu harapkan sangat
kelurusan agamanya.
7· Orang yang mencari keredhaan manusia janganlah harapkan sangat akan keredhaan Allah s.w.t. daripadanya."
semoga Allah memberikan dan menambahkan rasa Mahabbah kita terhadap Rasulullah dan Awliya-Nya, serta dimudahkan untuk selalu Ikhlas dalam menerima segala ketentuan Allah ta'ala.
Amiinn Allahumma Amiinn...
sumber

DATANGI MAJELIS, IKUTI MAJELIS

Jangan menjauhi majelis hikmah meskipun kau masih terus bermaksiat. Namun, teruslah mendekat dan menghadiri majelis. Kau harus tetap menghadiri majelis ilmu meskipun masih melakukan maksiat. Jika hari ini tidak mendapat manfaat, mungkin esok kau akan mendapatkannya. ketahuilah, satu kali duduk di majelis seorang ulama yang tulus dapat membuatmu berubah dari sosok pelaku maksiat menjadi hamba yang taat dan takut kepada Allah.
(Imam Ibnu Atha'illah)
sumber

Apa hukumnya kawin kontrak atau Nikah Mut’ah?

Jawab :
Nikah Mut’ah (kawin kontrak) diharamkan oleh Rasul saw walau pernah dihalalkan, demikian pula arak yang pernah dihalalkan kemudian diharamkan, riwayat diharamkannya Kawin Mut’ah ini teriwayatkan dari Sayyidina Ali Kw bahwa Rasul saw mengharamkan Kawin Mut’ah, yaitu tercantum pada kitab Shahih Bukhari, dan banyak lagi teriwayatkan pada Shahih Muslim dan lainnya.
~ Al Habib Munzir Al Musawa ~
sumber

SHALAT JAMA'AH DI MASJIDIL HARAM

Buya Yahya Menjawab | SHALAT JAMA'AH DI MASJIDIL HARAM
Assalamu ‘Alaikum WR. WB.
Saya mendengar dari seorang teman dari Mesir bahwasanya sebelum masa Sheikh Muhammad bin Abdul Wahab atau sebelum Makkah di bawah kekuasaan penguasa yang sekarang, Ummat Islam mendirikan shalat berjama'ah secara berkelompok kelompok di dalam Masjidil Haram sesuai dengan mazhabnya, misalnya Mazhab Imam Syafi'i membentuk jama'ah shalat sendiri dengan seorang Imam, begitu juga tiga mazhab yang lainnya. mohon penjelasannya,
Wa’alaikum Salam WR. WB.
Shalat berjamaah di masjidil haram dari semula dilakukan dengan satu imam, dan cara seperti itu adalah kebenaran yang disepakati oleh ulama 4 Madzhab, Hanafi, Maliki, Syafii dan Hambali. Kemudian terjadi kerancauan pada abad ke 5 hijriyah yaitu munculnya shalat berjamaah sesuai dengan Madzhab masing-masing. Bersama itu juga muncul fatwa-fatwa pengingkaran akan hal tersebut dari pembesar ulama 4 Madzhab. Akan tetapi usaha mereka belum menuai hasil. Dikatakan olen Ibnu Abidin seorang alim dalam Madzhab hanafi dalam kitab Addurulmuhtar. Hal itu karena ada sebagian ulama yang dikuasai hawa nafsu dan cinta pangkat .
Kejadian semacam ini terus berlangsung hingga pada abad ke-13 tepatnya tahun 1345 hijriyah terjadilah Shalat berjamah dengan satu imam dengan memperhatikan semua Madzhab untuk menjadi imam. Ada imam dari mazhab Hanafi ada yang dari Madzhab Maliki ada juga dari Madzhab syafii juga ada yang dari Madzhab Hambali yaitu pada masa Raja Abdul Aziz. Termasuk menjadi imam pada zaman itu adalah As-Sayyid Abbas bin Abdul Aziz Al-Hasani Al-Maliki kakek dari Abuya As-Sayyid Muhammad bin Alawy Al-Maliky. Jadi masa Syekh Muhammad bin Abdul Wahab yang lahir pada tahun 1115 Hijriyah problem ini masih ada bahkan sampai 200 tahun kemudian.
Memang ada bahasa fitnah yang di tebarkan oleh kelompok ekstim yang anti ber Madzhab ingin merendahkan para penganut Madzhab seolah-olah problem ini adalah karena adanya Madzhab. Padahal ulama 4 Madzhab juga mengingkari. Jadi problem berjamaah yang berkelompok- kelompok sesuai dengan Madzhab masing-masing adalah hal yang tidak diinginkan oleh semua Madzhab dan yang mereka inginkan adalah saling mengerti dan saling memahami perbedaan dalam urusan furu.
Justru fitnah yang amat besar lagi adalah pada akhir-akhir ini yaitu disaat tidak ada Imam kecuali dari kelompok tertentu, seperti yang terjadi di Masjidil Haram saat ini. Bahkan majlis ilmu yang ada di Masjidil Haram pun tidak ada kecuali harus pendukung kelompok tertentu. Fitnah ini lebih besar dari fitnah yang saat ini kita bicarakan. Bahkan kelompok ini cenderung picik melihat ulama ber-Madzhab yang seolah-olah dimata mereka adalah ahli bid'ah karena taqlid mereka hingga program kajian ilmiah yang semula marak dengan para ulama dari berbagai Madzhab akan tetapi semua itu saat ini sudah tidak ada lagi. Hal ini adalah karena cara pandang yang salah dari kelompok tersebut seolah-olah mereka saja yang benar dan yang lainnya adalah salah tidak layak menjadi imam atau mengajar di Masjidil Haram. Semoga Allah menjauhkan kita semua dari fitnah dalam dunia dan agama.
Wallahu A'lam Bishowab
sumber

Minggu, 23 Agustus 2015

Kalau inget ini SUBHANALLAH, Sangat menyayat sayat Hati

foto ketika Habibana Munzir Almusawa menunggui seorang crew umbul-umbul Majelis Rasulullah saw yang sedang di obati di RS.MMC kuningan,
ketika itu crew ini terjatuh dari motor sepulangnya dari melepas umbul-umbul ba'da majelis malam selasa di masjid almunawar pancoran
setelah mendengar kejadian itu,habibana sendiri yang langsung memerintahkan ia untuk dipindahkan ke RS.MMC agar bisa ditangani dengan maklsimal
mereka ahlul khidmah mendapatkan perhatian khusus dari beliau dan telah dijamin langsung oleh Rasulullah saw
betapa indahnya menjalin Hubungan dengan orang-orang yang menepati janjinya
lalu aku ini siapa???yang hanya mengaku-ngaku menjadi murid beliau..
Habibana Munzir bin Fuad Almusawa:
Rasul saw mengenal semua pendukung dakwahnya, ketika saya berjumpa dg beliau saw dan saat itu kami sedang tamasya bersama crew yg siang malam aktif tanpa mengenal lelah dan sukarelawan memasang umbul umbul majelis, dlsb tanpa perduli hujan mengguyur, atau panas terik, atau tidak sempat makan karena tugasnya, maka dalam keadaan itu selepas event besar saya mengajak mereka tamasya untuk menyenangkan dan menghibur mereka,
lalu hamba berjumpa dg Rasul saw, dan hamba berkata : wahai Rasulullah (saw), mereka adalah pembelamu dan pendukungmu, apakah baginda mengenal mereka?, jumlah mereka ratusan...., maka Rasul saw balik bertanya, apakah kau hafal nama nama mereka?,
hamba menjawab tidak Ya Rasulullah saw,, jumlah mereka ratusan...
Rasul saw menjawab : aku mengenal semua nama mereka, wajah mereka, dan aku mengenal ayah bunda mereka dan nama namanya, yg telah wafat sudah kusyafaati ruhnya.
tak lama hamba melihat seperti kumpulan orang orang setengah baya pria dan wanita yg bahagia dan gembira, mereka adalah ayah bunda para crew yg telah disyafaati Rasul saw di alam kubur, mereka berkata, setiap anak kami menggenggam kayu umbul umbul atau berbuat hal yg mendukung dakwah Nabi saw, maka saat saat itu adalah saat saat terindah bagi kami, karena saaat saat itulah kami diizinkan duduk bersama Rasul saw.
Demikian saudaraku yg kumuliakan, semoga dalam kebahagiaan selalu, semoga sukses dg segala cita cita,
Wallahu a'lam
Peduli Perjuangan Majelis Rasulullah saw
mari bergabung bersama kami bersma sama meneruskan cita-cita guru mulia kita sulthonul qulub habibana Munzir bin fuad almusawa
kita tidak mampu ber khidmah semasa beliau masih ada mka sudah saat nya kita khidmah pada beliau dengan cara membantu meramaikan majelis-majelis beliau
sumber

11 KELEBIHAN MENANGIS KERANA ALLAH SWT.

Menangis merupakan tabiat semula jadi setiap individu manusia. Sama ada menangis kerana gembira, menangis kerana bersedih atau menangis kerana kecewa.
Namun demikian Pernahkah seumur hidup kita menangis.
1. Menangis ikhlas kerana Allah SWT ?
2. Menangis karena cintanya kepada Allah SWT ?
3. Menangis kerana takut akan azab Allah SWT ?
4. Menangis kerana dosa-dosa masa lalu kita?
5. Menangis kerana lemahnya iman kita di hadapan Allah SWT ?
6. Menangis kerana bergetar hati kita ketika nama Allah SWT disebut?
7. Menangis kerana berguncangnya jiwa kita ketika mengingat amalan-amalan masa lalu kita.
Oleh karena itu tangisan inilah tangisan keimanan, tangisan keinsafan, tangisan ketulusan hati, tangisan hanifnya jiwa, tangisan tidak berdayanya kita. Semua tangisan tersebut semata-mata kerana Allah SWT.
Allah SWT berfirman dalamal-Qur’an surah Al-Anfal ayat 2:
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَاناً وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ
Ertinya:
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gementarlah hati mereka dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, bertambahlah iman mereka karenanya dan hanya kepada Rabb mereka, mereka bertawakkal.” (QS. Al-Anfal: 2)
Menangis yang disunnahkan dalam Islam, tentu sahaja bukan asal menangis, tapi menangis karena takut kepada Allah SWT.
Kita takut kepada-Nya karena Allah SWT adalah Zat Yang Maha Kuasa dan Perkasa, sedangkan kita sebagai manusia tidak punya daya upaya melainkan di atas izin dari Allah SWT.
Allah SWT berfirman dalam al-Qur’an surah At-Taubah ayat 82:
فَلْيَضْحَكُوا قَلِيلًا وَلْيَبْكُوا كَثِيرًا جَزَاءً بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
Ertinya :
”Maka hendaklah mereka tertawa sedikit dan banyak menangis, sebagai pembalasan dari apa yang selalu mereka kerjakan.” (QS. At-Taubah: 82).
Dalam ayat yang lain Allah SWT berfirman dalam al-Qur’an surah Al-Isra ayat 109:
وَيَخِرُّونَ لِلْأَذْقَانِ يَبْكُونَ وَيَزِيدُهُمْ خُشُوعًا
Ertinya :
” Dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis dan mereka bertambah khusyuk.” (Al-Isrâ´: 109)
Pada TAZKIRAH hari iji, ingin diterangkan sedikit tentang Fadhilat atau Keutamaan Menangis kerana Allah SWT iaitu:
1. Menangis karena Allah SWT, akan mendapatkan naungan Allah SWT pada hari akhirat kelak yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya
Rasulullah SAW bersabda, ”Ada 7 (tujuh) golongan yang akan dinaungi oleh Allah SWT itu bawah naungan-Nya, pada hari yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya:
1) Imam (pemimpin) yang adil.
2) pemuda yang tumbuh dalam ibadah kepada Rabb-Nya.
3) seseorang yang hatinya terkait dengan masjid.
4) dua orang yang saling mencintai karena Allah.
5) seorang laki-laki yang di pujuk oleh wanita yang memiliki kedudukan lagi berparas cantik, lalu ia berkata: ‘Sesungguhnya aku takut kepada Allah SWT.
6) Seseorang yang bershadaqah secara sembunyi sembunyi, sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfakkan oleh tangan kanannya,
7) dan Seseorang yang menyendiri untuk mengingat Allah SWT, lalu berlinanglah air matanya.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
2. Menangis kerana Allah SWT, tidak akan masuk Neraka, bahkan api Neraka tidak akan pernah menyentuhnya
Rasulullah SAW bersabda:
”Tidak akan masuk ke dalam api neraka seseorang yang menangis karena takut kepada Allah SWT hingga air susu ibu (yang sudah diminum oleh anaknya) akan kembali ke tempat asalnya.” (HR. at-Tirmidzi).
Dalam hadits yang lain, Rasulullah SAW juga bersabda:
” 2 mata, yang keduanya tidak akan tersentuh api Neraka iaitu:
1) Mata yang menangis karena takut kepada Allah,
2) Mata yang dimalam hari berjaga-jaga pada jalan Allah.” (HR. At-Tirmidzi).
3. Menangis kerana Allah SWT, akan mendapatkan keberuntungan dengan memperoleh kecintaan daripada Allah SWT ke atas mereka.
Rasullullah Saw bersabda:
” Tidak ada sesuatu yang lebih dicintai Allah SWT daripada dua tetes dan dua bekas: iaitu tetesan air mata karena takut kepada AllahSWT, dan tetesan darah yang tumpah di jalan Allah SWT dengan berjihad. Adapun dua bekas: iaitu bekas dijalan Allah SWT, dan bekas dalam menjalankan apa-apa yang difardhukan oleh Allah SWT.” (HR. At-Tirmidzi).
4. Menangis kerana Allah SWT, akan mendapatkan keberuntungan dengan di berikan pohon Thuba di dalam syurga.
Rasulullah SAW bersabda, ” Thuba bagi orang yang dapat mengendalikan lidahnya, orang yang meluaskan rumahnya (untuk menerima tetamu ) dan orang yang menangis karena kesalahan-kesalahan masa lalunya.” (HR. At-Tirmidzi)
Nabi SAW telah menerangkan pohon Thuba dalam sabda-nya:
” Thuba adalah sebuah pohon di surga sejauh perjalanan seratus tahun. Pakaian penduduk surga keluar dari tangkai-tangkai kelopak bunganya.” (HR. At-Tirmidzi).
5. Menangis karena Allah SWT, akan digolongkan sebagai orang-orang yang taat kepada Rasulullah SAW.
Seorang sahabat Rasulullah SAW bertanya kepada beliau: ” Wahai Rasulullah, apakah an-Najaah(keselamatan) itu” Maka beliau bersabda: “Kendalikan lidahmu, hendaknya luaskan rumahmu (menerima tetamu), dan menangislah atas kesalahan-kesalahanmu.” (HR. At-Tirmidzi)
6. Menangis kerana Allah SWT, akan mendapatkan bahagian dalam menteladani akhlak Rasulullah SAW dan para sahabatnya.
Ia akan mendapatkan kenikmatan dan kemuliaan dengannya. Termasuk petunjuk Nabi SAW dan para sahabat beliau RA sepeninggalannya adalah menangis karena takut kepada Allah SWT.
7. Menangis kerana Allah SWT, akan mendapatkan bahagian dari meneladani akhlak para Nabi yang telah diberikan kenikmatan oleh Allah SWT kepada mereka.
LklAllah SWT berfirman dalam al-Qur’an surah Maryam ayat 58:
أُولَٰئِكَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّينَ مِنْ ذُرِّيَّةِ آدَمَ وَمِمَّنْ حَمَلْنَا مَعَ نُوحٍ وَمِنْ ذُرِّيَّةِ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْرَائِيلَ وَمِمَّنْ هَدَيْنَا وَاجْتَبَيْنَا ۚ إِذَا تُتْلَىٰ عَلَيْهِمْ آيَاتُ الرَّحْمَٰنِ خَرُّوا سُجَّدًا وَبُكِيًّا
Ertinya :
” Mereka itu adalah orang-orang yang telah diberi ni`mat oleh Allah, yaitu para nabi dari keturunan Adam, dan dari orang-orang yang Kami angkat bersama Nuh, dan dari keturunan Ibrahim dan Israil, dan dari orang-orang yang telah Kami beri petunjuk dan telah Kami pilih. Apabila dibacakan ayat-ayat Allah Yang Maha Pemurah kepada mereka, maka mereka menyungkur dengan bersujud dan menangis.” (QS. Maryam : 58).
8. Menangis kerana Allah SWT, keimanannya akan ditambah oleh Allah SWT.
Kita berkeyakinan bahawa keimanan seseorang akan bertambah kuat dengan ketaatan dan akan berkurang dengan maksiat.
Menangis kerana takut kepada Allah SWT merupakan salah satu ketaatan yang paling mulia dan paling dicintai Allah SWT karena peranannya dalam menambah keimanan seseorang kepada Allah SWT .
9. Menangis kerana Allah SWT, akan dikaruniai rizki oleh Allah SWT dari sesuatu yang tidak disangka-sangka, dan Allah SWT akan memberikan jalan keluar dari setiap kesempitan yang menimpa mereka
Allah SWT berfirman dalam al-Qur’an surah Ath-Thalaaq ayat 23:
وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لاَ يَحْتَسِبُ وَمَن يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا
Ertinya:
” Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki) Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.” (QS. Ath-Thalaaq: 23)
10. Menangis kerana Allah SWT, akan dimudahkan urusannya oleh Allah SWT.
Allah SWT berfirman dalam al-Qur’an surah Ath-Thalaaq ayat 4:
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مِنْ أَمْرِهِ يُسْرًا …
Ertinya :
“… Dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah memberikan kepadanya kemudahan dalam urusannya.” (QS. Ath-Thalaaq: 4)
11. Setelah masuk syurga, orang beriman yang menangis kerana Allah SWT di dunia, maka akan saling mengingatkan satu sama lain akan tangisan mereka ketika di akhirat nanti .
Allah SWT berfirman dalam QS. Ath-Thuur ayat 25-28:
وَأَقْبَلَ بَعْضُهُمْ عَلَى بَعْضٍ يَتَسَاءَلُونَ (٢٥)قَالُوا إِنَّا كُنَّا قَبْلُ فِي أَهْلِنَا مُشْفِقِينَ (٢٦)فَمَنَّ اللَّهُ عَلَيْنَا وَوَقَانَا عَذَابَ السَّمُومِ (٢٧)إِنَّا كُنَّا مِنْ قَبْلُ نَدْعُوهُ إِنَّهُ هُوَ الْبَرُّ الرَّحِيمُ (٢٨
Ertinya:
“Dan sebagian mereka menghadap kepada sebagian yang lain saling bertanya. Mereka berkata: ‘sesungguhnya kami dahulu ketika berada di tengah keluarga kami merasa takut (akan diadzab).’ Maka Allah memberikan karunia kami dan memelihara kami dari adzab Neraka. Sesungguhnya kami dahulu menyembah-Nya. Sesungguhnya Dia-lah yang melimpahkan kebaikan lagi Maha Penyayang.” (QS. Ath-Thuur: 25-28).
Kita sepatutnya merenung kalau kita tidak pernah menangis kerana Allah SWT. Pasti ada yang tak kena pada diri kita. Mungkin hati kita sudah mengeras, mungkin jiwa kita sudah kering, mungkin dosa yang sudah meliputi hati dan fikiran kita.
Oleh kerana itu menangislah sebanyak-banyaknya karena takut kepada Allah SWT, hal itu menunjukkan jiwa kita masih lembut. Jiwa yang lembut dan sensitif akan dapat menyelamatkan kita. Karena itu, berusahalah selalu menangis karena Allah SWT, sehingga Allah SWT redho dan mencintai diri kita di dunia dan akhirat kelak.
Ya Allah jadikan hati -hati kami hati yang lembut, serta permudahkan hati kami untuk sentiasa mengingatimu. Semoga tangisan yang keluar dari hati dan jiwa kami untuk sentiasa istiqomah di jalan-Mu, akan menjadikan asbab mudahnya jalan kami untuk menuju syurga -Mu. aamiinn Yaa Robbal 'Aalamiin !!!!!
Wallahu A'lam.
Doakan istiqamah serta Sihat wal Afiat.
Wassalam USM. (Ustaz Sihabuddin Muhaemin).
Catatan:
ILMU ITU HANYA MILIK ALLAH SWT UNTUK DISEBARKAN.
SILA KONGSIKAN DENGAN SESAMA SAUDARA.
Mudah-Mudahan bermanfaat Untuk Semua.
Di Dunia Dan Di Akhirat Nanti. Insya-Allah. Aamiinn !!!!!
USM - Sihabuddin Muhaemin.
sumber

APAKAH BATU AKIK PUNYA KHASIAT?

APAKAH BATU AKIK PUNYA KHASIAT?
JAWAB:
saya tidak menemukan riwayat shahih bahwa batu akik punya khasiat, namun teriwayatkan pada shahih Bukhari Rasul saw menempelkan ibu jari beliau kelidah beliau saw, lalu menempelkannya ke tanah dan berdoa : Demi tanah bumi kami, demi air liur sebagian dari kami, sembuhlah yg sakit pada kami (Shahih Bukhari), menunjukkan pemgobatan dg debu, batu atau apa saja selama disertai doa pd Allah swt merupakan hal yg sunnah.
~ Al Habib Munzir Al Musawa ~
sumber

Berserah Diri Kepada Allah Bagaikan Budak

Syekh Abdul Qadir Al-Jailani:
-- Berserah Diri Kepada Allah Bagaikan Budak --
"Seorang lelaki membeli budak. Budak itu berakhlak baik dan beragama kuat. Lelaki itu bertanya kepada budak yang dibelinya:
'Hai budakku, kamu ingin makanan apa?' Budak itu menjawab, 'Makanan apa saja yang Tuan berikan kepadaku.'
'Kamu ingin pakaian apa?'
'Pakaian apa saja yang Tuan berikan kepadaku.'
'Kamu ingin duduk di mana dalam rumahku.'
'Di mana saja Tuan tempatkan aku.'
'Kamu ingin kerja apa?'
'Apa saja yang Tuan perintahkan.'
Sang majikan menangis dan berkata, 'Betapa beruntungnya aku seandainya aku dengan Tuhanku seperti kamu denganku.'
Si budak berujar, 'Tuanku, apakah hamba pantas punya keinginan atau pilihan di hadapan Tuannya?'
Sang majikan pun berkata, 'Kamu merdeka atas nama Allah!'"
Wallahu a'lam
Allahumma Sholli 'ala Sayyidina Muhammad wa 'ala alihi wa Shobihi wasalim.
sumber

mencintai Rasulullah Saw

al-Allamah al Musnid HABIB UMAR BIN HAFIDZ ketika ditanya oleh seorang pemuda ttg bagaimana yg disebut mencintai Rasulullah Saw?
Beliau menjawab:
Orang yg mencintai Rasulullah Saw tidak harus mengikuti sunnah Rasulullah Saw semuanya, karena sunnah Rasulullah Saw banyak tetapi cukup mengerjakan yg menurut kita mudah untuk mengerjakan sedikit demi sedikit. Dan cinta itu adanya di hati.
-----------------------------
**Dan sesungguhnya amal yang paling Allah sukai ialah yang terus-menerus / istiqomah dikerjakan walaupun sedikit.”
[HR Abu Dawud]

Allahuma soli ala sayidina muhammad nabiyil umiy wa alihi wa shobihi wa salim
sumber

PANCING REZEKIMU DENGAN SEDEKAH

Belum pernah kita mendengar ada seseorang jatuh miskin, paceklik (hidup sengsara) karena gemar bersedekah, yang ada bertambah dan terus bertambah harta kekayaannya.
Bagi otak kita yang terbatas pasti tidak bisa memahami, bagaimana mungkin saat kondisi keuangan susah diharuskan bersedekah untuk memancing rezeki datang kembali dalam jumlah lebih banyak. Bukankah bersedekah artinya mengeluarkan uang, sementara untuk memenuhi kebutuhan saja susah?
Saudaraku...,
Karena jika SEDEKAH yang kita berikan sesuai S.O.P (Standar Operasional Prosedur) Tatacara bersedekah islami penuh ke ikhlasan bersedekah dengan harta yang baik , yang diperoleh secara halal di jalan yang diridhoi Allah, maka manfaat & fadilah sedekah itu pasti akan kembali kepada kita juga, dan Pahala yang kita peroleh bisa saja berupa rezeki yang berlipat, kesehatan dan keselamatan dari bencana.
"Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan Allah) maka pahalanya itu untuk kamu sendiri dan janganlah kamu membelanjakan sesuatu melainkan mencari keridhaan Allah, dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan, niscaya kamu akan diberi pahalanya dengan cukup sedangkan kamu sedikitpun tidak akan dirugikan "(Q.S.Al Baqarah : 272).
Rasulullah,SAW menjelaskan dalam haditsnya:
Tiada sehari pun sekalian hamba memasuki suatu pagi kecuali ada dua malaikat yang turun. Salah satu dari keduanya berdoa "ya Allah, berikanlah ganti kepada orang yang menafkahkan hartanya". Sementara yang lain berdoa "ya Allah, berikanlah kebinasaan kepada orang yang menahan hartanya (HR Bukhari dan Muslim).
Maukah kita didoakan malaikat setiap hari? Bayangkan betapa indahnya hidup jika di awali dengan sedekah sambil diiringi doa malaikat, maka sepanjang hari akan menjadi berkah dan dirahmati Allah SWT.
Mungkin ada diantara kita masih ragu bagaimana mungkin SEDEKAH MELANCARKAN REZEKI,MEMBUKA PELUANG DAN MEMUDAHKAN URUSAN padahal dalam hitungan matematik, seharusnya sedekah membuat harta berkurang..?
Pemikiran seperti inilah yang membuat keimanan kita berkurang, hingga keraguan dan ketidak ikhlasan kita membuat karunia-Nya berkurang.
Perhatikan janji Allah Ta'ala pada ayat ini "Perumpaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang mengeluarkan nafkahnya di jalan Allah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh butir, pada tiap-tipa butir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunianya) lagi Maha Mengetahui" (Al Baqarah : 261)
"...Dan barangsiapa yang sedang disempitkan rezekinya, maka hendaknya ia menafkahkan sebagian rezeki yang Allah berikan padanya" (Q.S.At-Thalaq : 7)
Mulai sekarang, Buanglah keraguan, Mantapkan keyakinan, Belajarlah ikhlas
kewajiban Muslim untuk mempercayai janji Allah, janji yang tidak pernah ingkar. Jika bersedekah, sekecil apapun akan di balas oleh-Nya.
~Wallahu a'laam bis shawab~
sumber

MELIHAT ALLAH MELALUI SIFAT & ZATNYA

Syekh Abdul Qadir Al-Jailani mengatakan, “Melihat Allah SWT itu boleh dilakukan dengan dua macam. Pertama, melihat Jamalullah tanpa perantara cermin kalbu di akhirat (Alam Lahut). Kedua, melihat sifat Allah SWT di muka bumi dengan perantara cermin kalbu, yakni dengan penglihatan mata hati (fuad) dari pantulan cahaya Jamalullah.”
Allah SWT berfirman, “hatinya tidak berdusta terhadap apa yang dilihatnya,” (QS An-Najm [53]: 11)
Rasulullah SAW bersabda, “Al-mu’minu miratul-Mu’min. (Kalbu seorang mukmin adalan cermin daei Allah yang bersifat Al-Mukmin)” -HR Abu Dawud.
Kata “mu’min” yang pertama pada hadis di atas adalah kalbu hamba Allah yang beriman, sedangkan kata “al-Mu’min” yang kedua adalah Zat Allah yang memiliki sifat Al-Mukmin.
Penglihatan yang dimaksud di atas adalah penglihatan pada sifat-sifat Allah SWT dari segala sesuatu yang ada dan terjadi di muka bumi ini. Seperti hanyanya saat seseorang melihat sinar matahari dari misykat (lubang yang tidak tembus), maka bisa saja dia berkata “Aku melihat matahari dengan cara apa pun.”
Allah SWT memberi perumpamaan dalam Al-Quran: “Perumpamaan cahaya Allah adalah seperti lubang yang tidak tembus di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca dan kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon zaitun.”(QS An-Nur [24]: 35).
Para ahli tasawuf mengatakan bahawa yang dimaksud dengan misykat adalah kalbu orang Mukmin. Sedangkan yang dimaksud dengan Sirr Al-Fuad (rahasia mata hati) yaitu Ruh Sulthani dalam diri manusia. Adapun Fuad adalah (mata hati) yang Allah sifati dengan gemerlapan kerana kekuatan yang luar biasa.
Di ayat itu pula, Allah SWT menjelaskan tentang sumber cahaya, yakni pohon talqin dan tauhid yang murni keluar dari Lisan Al-Qudsi tanpa perantara. Hal tersebut seperti saat Nabi Muhammad SAW menerima Al-Quran dari Allah secara utuh, kemudian malaikat Jibrail menyampaikan kepada Nabi secara berangsur-angsur untuk kemaslahatan umat dan meluruskan keingkaran orang kafir dan munafik.
--Syekh Abdul Qadir Al-Jailani dalam Sirrul Asrar
sumber

sujud

sekiranya manusia tahu berlimpahnya rahmat Tuhan saat ia bersujud niscaya ia takkan bangun dari sujudnya
sumber

ceramah habib jamal ba'agil tentang zina

Mutiara hikmah ceramah habib jamal ba'agil di malang :
يامعشر المسلمين إيكم و الزنا. فإن فيه ست خصال : ثلاثا فى الدنيا و ثلاثا في الآخيرة : فأما التي فى الدنيا فإنه يدهب البهاء. ويورث الفقر. وينقص العمر. وأما التي فى الآخرة فإنه يوجب سخط الرب. و سوءالحساب. والخلود فى النار.
wahai kaum muslim jauhilah perbuatan zina.sesungguhx perbuatan zina itu memiliki 6perkara: tiga di dunia dan tiga lagi di akhirat. adapun 3 didunia.
1. dpt menghapus ketampanan (wibawa)
2. mengakibatkan kefakiran
3. mengurangi umur.
adapun yg 3 di akhirat
1. mendpt murka allah
2. hisab yg buruk
3. kekal di dlm neraka

Nabi ﷺ bersabda:
كُتِبَ عَلَى ابْنِ آدَمَ نَصِيبُهُ مِنَ الزِّنَى مُدْرِكٌ ذَلِكَ لاَ مَحَالَةَ فَالْعَيْنَانِ زِنَاهُمَا النَّظَرُ وَالأُذُنَانِ زِنَاهُمَا الاِسْتِمَاعُ وَاللِّسَانُ زِنَاهُ الْكَلاَمُ وَالْيَدُ زِنَاهَا الْبَطْشُ وَالرِّجْلُ زِنَاهَا الْخُطَا وَالْقَلْبُ يَهْوَى وَيَتَمَنَّى وَيُصَدِّقُ ذَلِكَ الْفَرْجُ وَيُكَذِّبُهُ
“Telah ditetapkan atas anak adam bagiannya dari zina, hal itu pasti tidak bisa terjadi, maka kedua mata zinanya adalah memandang, dua telinga zinanya dengan mendengar, lisan zinanya dengan ucapan, tangan zinanya dengan memegang, kaki zinanya dengan melangkah, dan hati bernafsu dan berangan-angan, dan kemaluan yang membenarkannya atau mendustakannya.” [HR. Al-Bukhari dan Muslim]
Al-Imam An-Nawawi Asy-Syafi’i rahimahullah berkata:
مَعْنَى الْحَدِيث أَنَّ اِبْن آدَم قُدِّرَ عَلَيْهِ نَصِيب مِنْ الزِّنَا ، فَمِنْهُمْ مَنْ يَكُون زِنَاهُ حَقِيقِيًّا بِإِدْخَالِ الْفَرْج فِي الْفَرْج الْحَرَام ، وَمِنْهُمْ مَنْ يَكُون زِنَاهُ مَجَازًا بِالنَّظَرِ الْحَرَام
“Makna hadits ini bahwa anak Adam telah ditakdirkan bagiannya dari zina, maka diantara manusia ada yang zinanya secara hakiki dengan memasukkan kemaluan pada kemaluan lain yang haram (bukan istrinya), dan diantara mereka ada yang zinanya majazi dengan PANDANGAN YANG HARAM.” [Syarah Muslim,]
sumber

CARI GURU YANG BENAR UNTUK MENDAPATKAN ILMU

Salah satu daripada kesunnahan ialah belajar Al quran dan ilmu2nya itu secara talaqqi dengan guru muktabar, seperti yg dilakukan para sahabat iaitu menuntutnya dari nabi SAW. Begitu juga tabien, seterusnya tabi tabien, seterusnya mewarisi kepada generasi kmudian...BUKAN SEKADAR BUKA KITAB TERJEMAHAN ALQURAN DAN BUAT HINOPSIS MENGIKUT KEFAHAMAN SENDIRI. Semua itu mesti dibimbing guru yg mengambil secara musyafahah dan talaqqi dari ulamak2 yg mewarisi metode pengajian dari generasi salaf dan khalaf. Soalannya...
1. Kamu kata mereka tak maksum, benar, bisa melakukan kesalahan kerana mereka juga insan biasa...jika dibandingkan mereka dengan diri kamu, apatah lagi kamu itu sendiri...? Lebih2 lagi TIDAK MAKSUM DAN BISA SAHAJA MELAKUKAN MAKSIAT. Beza mereka dengan kamu, mereka belajar agama dari sandarannya, guru2 yg mewarisi ilmu2 alquran dan sunnah diatas bimbingan ulamak2 muktabar. Andainya (saya kata andainya) kamu tidak belajar sebegitu, hanya buka terjemah alquran, buka terjemah hadith, klik laman sesawang maktabah syamilah atau seumpamanya, hanya baca fatwa2 di internet sahaja, maka kamu sebenarnya telah meninggalkan satu sunnah iaitu belajar ilmu agama dengan bertalaqqi/menuntut daripada ahlinya. Kefahaman kamu tiada bimbingan dan bisa sahaja silap.
2. Kamu salah kalau kamu kata nabi SAW tidak jamin para ulamak, meskipun mereka hanya manusia biasa, tidak terlepas dari kesilapan tetapi ada mereka ada kelebihan dan keutamaan disisi Allah dan RasulNya...apalah sangat yg ada pada diri kamu itu jika nak dibandingkan dengan mereka. Kamu itu langsung tiada apa jika dibandingkan dgn mereka, itupun ada hati lagi mahu merendahkan mereka. Mereka ada ilmu agama, ada adab dan akhlak, mereka arif tentang agama, kamu pula? Hanya tahu kritik ulamak...Bersangka baiklah dgn mereka, beradablah dgn mereka, cintailah mereka dan bergurulah dgn mereka kerana Allah berfirman dlm Surah Az-Zumar surah ke39, ayat 9 :
قل هل يستوى الذين يعلمون والذين لا يعلمون...
Maksudnya: katakanlah(wahai Muhammad) apakah sama(antara) orang2 yg mengetahui dengan orang2 yg tidak mengetahui.
Al Allamah Syeikh Muhammad b Umar Nawawi alBantani (1316H) menjelaskan di dlm tafsirnya yg berjudul Murohu Labid lil Kasyfi Ma'na alQuran alMajid bahawa :
ويجوز ان يراد هذا السبيل التشبيه اي كما لا يستوى العالمون والجاهلون...
'Dan harus dikehendaki dgn jalan ini utk membuat tasybih (kerana auat itu merujuk peristiwa perbandingan para sahabat dengan pengikut2 abu jahal) iaitu seperti tidak sama orang yg alim dengan orang yg jahil...(silalah rajinkan diri rujuk kitab murohu labid lil kasyfi ma'na alquran almajid, al'allamah as-syeikh b umar nawawi al bantani aljawi(1316H), mukasurat 326, cetakan darul kutub al ilmiyah beirut, terbitan tahun 2006)
Kelebihan ulamak lagi dinyatakan Allah dlm firmannya surah al Mujadalah surah ke58...ayat11...
يرفع الله الين ءامنوا منكم والذين اوتوا العلم درجات...
(Nescaya) Allah akan mengangkat/meninggikan orang2 yg beriman dikalangan mereka dan orang2 yg diberi ilmu pengetahuan sbanyak beberapa darjat(di dalam syurga)
Firman yg lain dalam surah Faatir surah ke35 ayat 28 :
انما يخشى الله من عباده العلماء
Maksudnya: sesungguhnya (yang) takut kepada Allah di kalangan hamba2nya hanyalah orang2 yg mengetahui..
Terdapat hadith dari sunan abi daud,(no 3641) dan jami' tarmizi (no 2682) dan musnad ahmad (no 21714):
عن ابي الدرداء قال سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول : من سلك طريقا يبتغي فيه علما سهل الله له طريقا الى الجنة وان الملائكة لتضع اجنهتها لطالب العلم رضى بما يصنع وان العالم ليستغفر له من في السماوات ومن في الارض حتى الحيتان في الماء وفضل العالم على العابد كفضل القمر على سائر الكواكب وان العلماء ورثة الانبياء وان الانبياء لم يورثوا دينارا ولا درهما وانما ورثوا العلم فمن اخذه اخذ بحظ وافر...
Jaminan kemulian dan keutamaan ulamak jelas dalam alquran dan hadith2...dalam hadith diatas baginda SAW mengatakan ulamak itu pewaris anbiya...!! mewarisi ilmu agama...!!
Kamu pula persoalkan siapa jamin ulamak itu pewaris nabi? Siapa kamu?
Janganlah kita jadi orang yg mendustakan hadith2 nabi SAW kerana berat seksaannya di akhirat kelak...
Sabda baginda SAW:
ومن كذب علي معتمدا فليتبوا مقعده من النار...رواه البخاري(no3461) واحمد (no6486)...

Mereka yg memperjuangkan ilmu agama yg diwarisi dari generasi salaf dan khalaf dgn ikhlas memang termasuk dalam jaminan itu. Saya ulang sekali lagi, cintailah ulamak yg merupakan ahli ilmu agama. Belajarlah dengan mngikut sunnah nabi SAW...kalau kamu boleh kata ulamak tak maksum, tak terlepas dari silap dan salah, saya juga boleh katakan KAMU itu sendiri tak maksum, tidak terlepas juga dari DOSA dan MAKSIAT...jadi siapalah sgt kamu itu berbanding dgn ulamak2 warisan salaf dan khalaf? Adalah tidak pernah berdosa sama sekali? Adakah ilmu agama lebih tinggi dari mereka...Jangan diturutkan hasad dan iri hati terhadap insan2 yg dipilih menjadi pembawa ilmu agama...kita semua hanyalah orang AWAM, ilmu tak banyak, mengapa lancang sangat meremehkan alim ulamak yg byk berjasa menyebarkan ilmu agama?
Jangan rasa mulia atau setaraf, kita ini orang AWAM...bersangka baik dan beradab dengan alim ulamak lebih utama bagi kita yg jahil ilmu agama ini.
Kalaulah Alquran pun tak dihafaz sepenuhnya, semua kitab sunan sittah tak habis dipelajari, saya rasa lebih baik kita jgn terlalu lantang bersuara menuduh itu ini, merendahkan orang lain, menggunakan ayat2 alquran bukan pada tempatnya lagi2 bertujuan untuk berhujah keatas orang,berdebat tentang perkara2 agama sedangkan kita bukan ahlinya, lebih malang lagi, dah lah kita ini jahil tapi memandai2 bicara tentang hukum hakam agama...
Kemudian berani mengkritik ulamak2 dengan alasan tidak maksum, mereka manusia biasa , tak terlepas dari kesalahan atau sebagainya...walhal kita ini bukan ahli ilmu agama pun...sekadar ikut-ikutan merasakan diri ini mujtahid dan layak berfatwa. Sebenarnya kita silap, itu semua kerana hasad dan dengki trrhadap alim ulamak...itu tanda hati sudah rosak dan tak menerima nasihat orang lain...berasa diri sendiri sahaja yg betul dan orang lain semua salah...Astagfirullahaladzim, kita ini orang AWAM. Sedarlah wahai saudara.Jom Hadir Program bersama Ulama.
sumber

MENYIRAM AIR MAWAR KE ATAS KUBUR

IRSYAD FATWA KE-78: HUKUM MENJIRUS AIR MAWAR KE ATAS KUBUR
( Pautan ke laman rasmi Irsyad Fatwa PMWP: http://goo.gl/MoeSKm )
SOALAN
Apakah hukum menjirus air mawar ke atas kubur?
JAWAPAN
Memang pada asalnya yang wajib hanya dikebumikan sahaja tanpa menjirus sebarang air. Walaupun begitu bila melihat kepada sejarah salafus soleh termasuk Baginda SAW sendiri, maka masalah ini telah dibahaskan oleh ulama secara panjang lebar. Ada riwayat menunjukkan bahawa Rasulullah SAW menyiram air atas kubur anakandanya Ibrahim. Lihat Musnad Imam al-Syafie (1/215).
Secara umumnya, ramai ulama Syafie berpendapat hukumnya harus bahkan ada pendapat menyatakan sunat kerana perbuatan Rasulullah SAW itu. Tetapi penggunaan air mawar pula dianggap sebagai makruh kerana dengan sebab pembelian dan pembaziran.
Kami nukilkan daripada kitab I’anah al-Talibin (2/135-136). Antara lain menyebut:
“Dan (disunatkan) menyiram (menjirus) kubur dengan air agar debu-debu tanah tidak ditiup angin dan kerana bahawasanya Nabi SAW melakukan sedemikian pada kubur anakanda Baginda SAW, Saidina Ibrahim sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Syafie dan juga pada kubur Saad bin Muaz sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam Ibn Majah. Dan Nabi SAW telah memerintahkan dengannya (iaitu dengan menjirus air) pada kubur Saidina Uthman bin Mazh’un sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam al-Tirmizi. Dan yang mustahab adalah air tersebut suci lagi menyucikan dan sejuk (air mutlak) sebagai tafa’ul mudah-mudahan Allah menyejukkan kubur si mati. Dan makruh menyiram atau menjirus air dengan air mawar atau seumpamanya kerana perbuatan tersebut adalah satu pembaziran dan mensia-siakan harta.”
Justeru, bagi mereka yang ingin melakukan dibolehkan dan lebih penting daripada itu adalah untuk berdoa kepada si mati kerana sabit dalam nas yang sahih.

Akhukum fillah,
Datuk Dr. Zulkifli bin Mohamad al-Bakri
Mufti Wilayah Persekutuan
06 Zulkaedah 1436H bersamaan 21 Ogos 2015

sumber

faedah membaca kisah orang sholeh

sumber

berdoalah untuk kebaikan

Jangan mendoakan keburukan kepada muslim lain walaupun dia seorang pemimpin yang zalim atau seorang muslim yang ahli maksiat. Tapi doakan dia supaya mendapat hidayah dari Allah sehingga bisa kembali menjadi orang yang baik. Sebab mendoakan kebaikan akan kembali kepada kita sendiri, begitu juga sebaliknya.
sumber

Bangun malam bersama istri

" إذا استيقظ الرجل من الليل وأيقظ امرأته فصليا ركعتين
كتبا من الذكرين الله كثيرا والذاكرات " [ رواه ابن حبان ]
sumber

Karamah Al-Imam Al-‘Allamah Al- Habib Abdullah Bin Alawi Al-Haddad.

Karamah adalah suatu keistimewaan yang diberikan kepada seorang Wali Allah SWT sebagai karunia khusus baginya, sebagaimana mukjizat yang diberikan kepada seorang Nabi atau Rasul sebagai bukti kenabian dan kerasulannya. Kalau seorang Nabi atau Rasul diperintah memperkenalkan diri dan tugasnya kepada umatnya, dan untuk membuktikan kerasulan atau kenabiannya, maka ia dibolehkan memperlihatkan mukjizatnya, seperti ketika Nabi Allah Musa as di perintah melempar tongkatnya di depan Fir’aun, sehingga tongkatnya berubah menjadi seekor ular.
Berbeda dengan seorang wali dan karamahnya. Ia tidak diperintah memperkenalkan diri dan menampakkan karamahnya kepada orang lain, karena ia tidak diperintah untuk menyebarkan risalah agama. Hanya saja, seorang wali dianjurkan mengajak orang lain ke jalan Allah SWT. Kalau di tengah dakwahnya, ia membutuhkan suatu bukti, maka ia boleh minta diberi karamah, misalnya ketika Sunan Bonang dihadang oleh seorang preman, maka beliau menunjuk tangannya ke atas pohon, dengan izin Allah SWT si preman melihat buah pohon yang ada di atasnya berupa emas, sehingga ia tidak putus-putusnya memandang emas yang ada di atas pohon itu, sampai Sunan Bonang dapat meneruskan perjalanannya dengan lancar. Adapun buah pohon yang berubah menjadi emas adalah karamah Allah SWT yang diberikan kepada Sunan Bonang, sehingga beliau dapat selamat dalam perjalanannya.
Adapun karamah yang diberikan kepada al-Habib Abdullah bin Alawi al-Haddad cukup banyak, sehingga kalau diungkapkan satu persatunya, maka akan membutuhkan waktu yang panjang. Sehingga kami hanya mengungkapkan sebagian kecil saja, seperti yang dapat di baca di bawah ini:
Seorang sahabat dekat al-Habib Abdullah berkata: “Pada suatu kali aku terlilit hutang yang banyak dan aku tidak dapat melunasinya, karena aku tidak mempunyai uang. Ketika aku menyampaikan keluhanku kepada al-Habib Abdullah al-Haddad, maka beliau berkata: ‘Semoga esok pagi semua hutangmu dapat terlunasi.’ Ternyata keesokan paginya, ada seorang lelaki memberiku sepuluh potong pakaian.Setelah aku
menerimanya, kemudian akupun menjualnya, maka aku mendapat keuntungan yang lebih besar dari jumlah hutangku, semua itu adalah berkah karamah al-Habib Abdullah al-Haddad.”
Salah satu sahabat al-Habib Abdullah al-Haddad berkata:
“Salah seorang yang sangat cinta kepada al-Habib Abdullah al-Haddad berkata: ‘Aku pernah dirampok sampai semua hartaku habis. Maka akupun mendatangi al-Habib Abdullah untuk meminta tolong dan minta do’a. Ketika aku akan pamitan, maka ia berkata kepadaku, semoga engkau mendapat ganti yang lebih bagus daripada hartamu yang dirampok. Tetapi bacalah setiap paginya ‘YA RAZZAK’ sebanyak tiga ratus delapan puluh kali dan do’a sebagai berikut sebanyak empat kali:
“Allahumma Aghninii Bichalaalika ‘An Charaamika, Wa Bithaa’atika ‘An Ma’shiyatika Wa Bifadhlika ‘Amman Siwaak.”
Maka dengan izin Allah SWA, lelaki itu kembali dalam keadaan yang lebih baik, karena hidupnya lebih baik dan hutang-hutangnya sudah terlunasi. Ia termasuk seorang yang shaleh, bertakwa dan wara’. Ia banyak mengerjakan amal-amal kebajikan, terutama saedekah. Ia sangat yakin kepada al-Habib Abdullah dan kepada orang-orang shaleh. Ia wafat di Kota Syibam pada tahun empat puluh. Semoga Allah SWT merahmatinya dan menempatkannya di surga-Nya yang sangat luas.”
Selain itu, asy-Syeikh Abdullah Syarahil menceritakan kisah asy-Syeikh Umar Bahmid sebagai berikut: “Ada seorang datang mengadu kepada al-Habib Abdullah tentang sakit perut dan darah yang banyak keluar dari duburnya, dan ketika itu aku ada di sisinya. Maka al-Habib Abdullah berkata kepadaku: “Wahai Bahmid, obatilah orang ini.” Maka aku memegang perutnya, kemudian aku meniupnya. Maka penyakit orang itu sembuh pada waktu itu juga. Kemudian penyakit orang itu berpindah kepadaku, sampai aku mengeluh kepada al-Habib Abdullah. Kemudian beliau memberi makanan kepadaku sambil mengusap perutku dengan tangannya yang mulia, maka dengan izin Allah SWT penyakitku segera sembuh pada waktu itu juga.”
Asy-Syeikh Abdullah Syarahil menuturkan, bahwa al-Habib Ahmad berkata kepadaku: “Aku diberitahu oleh al-Habib Ahmad, bahwa al-Habib Abdullah al-Haddad berkata kepadanya: “Aku melihat ada seorang yang mengeluh sakit gigi dan ia minta do’a kesembuhan darimu.”
Maka aku berkata kepadanya: “Mengapa orang itu meminta do’a kepadaku, padahal engkau masih ada di dekatnya?”
Lalu al-Habib Abdullah mengatakan kepadaku: “Laksanakan saja perintahku.”
“Lalu akupun segera melaksanakan perintahnya, hingga penyakit orang itu sembuh, tetapi rasa sakitnya berpindah pada diriku. Ketika aku menghadap kepada al-Habib Abdullah, maka beliau memberitahuku: “Pdnyakit orang itu sudah sembuh, tetapi rasa sakitnya pindah kepadamu.”
“Memang aku merasakan sakitnya orang itu, namun segera hilang dengan berkahnya,” katanya.
Selain itu masih ada lagi kisah karamah yang dialami oleh al-Habib Abdullah sebagai berikut:
“Disebutkan bahwa ketika al-Habib Abdullah pergi menunaikan ibadah haji, maka ada seekor unta yang melompat-lompat karena emosi, sehingga tidak seorangpun yang berani mendekati dan menungganginya, karena lompatannya sangat keras. Ketika al-Habib Abdullah diberitahu tentang masalah itu, maka beliau mendatangi unta itu dan meletakkan tangannya di lehernya, maka dengan izin Allah SWT, maka unta itu menundukkan kepala kepadanya.”
Salah seorang sahabat dekat al-Habib Abdullah al-Haddad berkata:
“Aku diberitahu oleh salah seorang murid yang selalu mengikuti al-Habib Abdullah al-Haddad: “Pada suatu hari aku keluar untuk mengunjungi seorang syeikh yang dikenal oleh penduduk Kota Tarim dengan nama asy-Syeikh Maula ar-Rakah, dan aku kesana tanpa
memberitahu kepada al-Habib Abdullah lebih dahulu, sehingga aku kesana dalam keadaan demam yang sangat keras. Aku berkata dalam diriku sendiri: “Mungkin penyakitku ini disebabkan aku tidak memberitahu kepada al-Habib Abdullah terlebih dahulu.”
Ketika aku mendatangi al-Habib Abdullah dan mengeluh kepadanya, maka al-Habib Abdullah mengusap badanku dengan tangannya yang mulia. Dengan izin Allah dan berkah al-Habib Abdullah penyakitku segera sembuh dan tidak meninggalkan bekas apapun pada tubuhku.”
sumber

Biografi Singkat Al-Imam Al-’Allamah Al-Habib Abdullah Bin Alawi Al-Haddad (Shohibur Ratib Al-Haddad)

Di masa kecilnya,  al-Habib Abdullah mengerjakan shalat sunnah seratus rakaat setiap harinya setelah pulang dari rumah gurunya di waktu Dhuha. Karena itulah tidaklah mengherankan jika Allah SWT memberinya kedudukan sebagai ‘Wali Al-Quthub’ sejak usianya masih remaja.

rumah kelahiran al imam abdullah bin alawi alhaddadAl-Imam Al-’Allamah Al-Habib Abdullah bin Alawi Al-Haddad, di lahirkan di Syubair di salah satu ujung Kota Tarim di provinsi Hadhramaut-Yaman pada tanggal 5 Safar tahun 1044 H. Beliau di besarkan di Kota Tarim dan di saat beliau berumur 4 tahun, beliau terkena penyakit cacar sehingga menyebabkan kedua mata beliau tidak dapat melihat.
Meskipun kedua mata beliau tidak dapat melihat sejak usia dini, beliau tetap tidak memutuskan gairahnya untuk menuntut ilmu-ilmu agama dan mengisi masa kecilnya dengan berbagai macam ibadah dan bertaqarrub kepada Allah SWT, sehingga mulai dari sejak usia dini, hidupnya sangat berkah dan berguna.
Ayah beliau, al-Habib Alawi bin Muhammad al-Haddad berkata: “Sebelum aku menikah, aku berkunjung kerumah al-’Arif Billah al-Habib Ahmad bin Muhammad al-Habsyi di Kota Syi’ib untuk meminta do’a. Lalu al-Habib Ahmad menjawabku: “Awlaaduka Awlaadunaa Fiihim Albarakah”
Artinya: “Putera-puteramu termasuk juga putera-putera kami, pada mereka terdapat berkah.”
Selanjutnya, al-Habib Alawi al-Haddad berkata: “Aku tidak mengerti arti ucapan al-Habib Ahmad itu, sampai setelah lahirnya puteraku, Abdullah dan berbagai tanda-tanda kewalian dan kejeniusannya.”
Semenjak kecil, al-Habib Abdullah al-Haddad telah termotivasi untuk menimba ilmu dan gemar beribadah. Tentang masa kecilnya, al-Habib Abdullah berkata: “Jika aku kembali dari tempat belajarku pada waktu Dhuha, maka aku mendatangi sejumlah masjid untuk melakukan shalat sunnah seratus rakaat setiap harinya.”
Kemudian untuk mengetahui betapa besar kemauan beliau untuk beribadah di masa kecilnya, al-Habib Abdullah menuturkannya sebagai berikut: “Di masa kecilku, aku sangat gemar dan bersungguh-sungguh dalam ibadah dan mujahadah, sampai nenekku seorang wanita shalihah yang bernama asy-Syarifah Salma binti al-Habib Umar bin Ahmad al-Manfar Ba’alawi berkata: ‘Wahai anak kasihanilah dirimu.’ Ia mengucapkan kalimat itu, karena merasa kasihan kepadaku ketika melihat kesungguhanku dalam ibadah dan bermujahadah.”
Seorang sahabat dekat al-Habib Abdullah al-Haddad berkata: “Ketika aku berkunjung kerumah al-Habib Abdullah bin Ahmad Bilfagih, maka ia bercerita kepada kami: ‘Sesungguhnya kami dan al-Habib Abdullah al-Haddad tumbuh bersama, namun Allah SWT memberinya kelebihan lebih dari kami. Yang sedemikian itu, kami lihat hidup al-Habib Abdullah sejak masa kecilnya telah mempunyai kelebihan tersendiri, yaitu ketika ia membaca Surat Yasiin, maka ia sangat terpengaruh dan menangis sejadi-jadinya, sehingga ia tidak dapat menyelesaikan bacaan surat yang mulia itu, maka dari kejadian itu dapat kami maklumi bahwa al-Habib Abdullah telah diberi kelebihan tersendiri sejak di masa kecilnya.”
Al-Habib Abdullah sering berziarah kubur pada Hari Jum’at sore setelah melakukan shalat Ashar di masjid al-Hujairah. Selain itu, al-Habib Abdullah al-Haddad sering berziarah kubur pada Hari Selasa sore. Setelah usianya semakin lanjut dn dan kekuatannya semaki menurun, maka al-Habib Abdullah tidak berziarah pada Hari Jum’at dan Selasa seperti biasanya, adakalanya beliau berziarah pada Hari Sabtu dan hari-hari lainnya sebelum matahari naik.
Di antara wirid al-Habib Abdullah bin Alawi al-Haddad setiap harinya adalah kalimat “LAA ILAAHA ILLALLAH” sebanyak seribu kali. Tetapi di Bulan Ramadhan dibaca sebanyak dua ribu kali setiap harinya. Beliau menyempurnakannya sebanyak tujuh puluh ribu kali pada waktu enam hari di Bulan Syawal. Selain itu, beliau mengucapkan “LAA ILAAHA ILLALLAH AL-MALIKUL HAQQUL MUBIIN” sebanyak seratus kali setelah Shalat Dzuhur.
Al-Habib Abdullah berkata: “Kami biasa melakukan shalat al-Awwabin sebanyak dua puluh rakaat.”
Al-Habib Abdullah sering berpuasa sunnah, khususnya pada hari-hari yang dianjurkan, seperti Hari Senin dan Hari Kamis, hari-hari putih (Ayyamul baidh), Hari Asyura, Hari Arafah, enam hari di Bulan Syawal dan lain sebagainya sampai di masa senjanya. Beliau selalu menyembunyikan berbagai macam ibadah dan mujahadahnya, beliau tidak ingin memperlihatkannya kepada orang lain, kecuali untuk memberikan contoh kepada orang lain.
Selain di kenal sebagai ahli ibadah dan mujahadah, al-Habib Abdullah juga dikenal seorang yang istiqomah dalam ibadah dan mujahadahnya seperti yang dilakukan Rasulullah SAW dan para sahabatnya. al-Habib Ahmad an-Naqli berkata: “al-Habib Abdullah adalah seorang yang sangat istiqamah dalam mengikuti semua jejak kakeknya, Rasulullah SAW.”
Dalam masalah ini, al-Habib Abdullah bin Alawi al-Haddad berkata: “Kami telah mengamalkan semua jejak Nabi Muhammad SAW dan kami tidak meninggalkan sedikitpun daripadanya, kecuali hanya memanjangkan rambut sampai di bawah ujung telinga, karena Nabi SAW memanjangkan rambutnya sampai di bawah ujung kedua telinganya.”
Tentang kesabaran al-Habib Abdullah bin Alawi al-Haddad, sejak masa kecil beliau sudah mengalami berbagai cobaan, diantaranya adalah ketika ia menderita penyakit cacar sampai kedua matanya tidak dapat melihat. Meskipun begitu, ia rajin mencari ilmu dan beribadah di masa kecilnya, hingga melakukan shalat sunnah seratus rakaat setiap paginya hingga Waktu Dzuhur tiba. Disebutkan bahwa ia selalu menyembunyikan berbagai cobaan yang dideritanya, sampai di akhir usianya. Dalam masalah ini beliau berkata kepada seorang kawan dekatnya:
“Sesungguhnya penyakit demam di tubuhku sudah ada sejak lima belas tahun yang lalu dan hingga kini masih belum meninggalkan aku, meskipun demikian tidak seorangpun yang mengetahui penyakitku ini, sampaipun keluargaku sendiri.”
Tentang Tarekat al-Ba’alawi, al-Habib Abdullah mengatakan:
“Tarekat kami adalah mengikuti tuntunan al-Qur’an dan as-Sunnah dan mengikuti jejak para salafunas shalihin di segala bidangnya.”
Al-Habib Abdullah kembali menjelaskan:
“Kami tidak mengikuti tuntunan, kecuali tuntunan Allah SWT, tuntunan Rasul-Nya dan jejak al-Faqih al-Muqaddam. Dan tarekat orang-orang yang menuju kepada Allah SWT dan kami tidak membutuhkan tarekat selain tarekat ini. Para sesepuh kami al-Ba’alawi telah menetapkan sejumlah petunjuk bagi kami, karena itu kami tidak akan mengikuti petunjuk lain yang bertentangan dengan petunjuk mereka.”
Telah kami sebutkan bahwa di masa kecil beliau, al-Habib Abdullah mengerjakan shalat sunnah seratus rakaat setiap harinya setelah pulang dari rumah gurunya di waktu Dhuha. Karena itulah tidaklah mengherankan jika Allah SWT memberinya kedudukan sebagai ‘WALI AL-QUTHUB’ sejak usianya masih remaja.
Disebutkan bahwa beliau mendapat kedudukan Wali al-Quthub lebih dari ‘Enam Puluh Tahun’. Beliau menerima libas atau pakaian kewalian dari al-’Arif Billah al-Habib Muhammad bin Alawi (Shahib Makkah). Beliau menerima libas tersebut tepat ketika al-Habib Muhammad bin Alawi wafat di kota Makkah pada tahun 1070 H. Pada waktu itu, usia al-Habib Abdullah 26 tahun. Kedudukan Wali al-Quthub itu beliau sandang hingga beliau wafat (1132 H). Jadi beliau menjadi Wali al-Quthub lebih dari ’60 Tahun’.
Beliau menuntut ilmu pada ulama’-ulama’ di zamannya, diantaranya guru-guru beliau adalah: Sayyiduna Al-Quthub Al-Habib Umar bin Abdurrahman Al-Attas, Al-Habib Al-’Allamah Agil bin Abdurrahman As-Segaf, Al-Habib Al-’Allamah Abdurrahman bin Syeikh Aidid, Al-Habib Al-’Allamah Sahl bin Ahmad Bahsin Al-Hudayli Ba’alawi, dan termasuk guru-guru beliau juga adalah Al-Imam Al-’Allamah guru besar kota Makkah Al-Mukarromah, Al-Habib Muhammad bin Alwi As-Segaf, dan masih banyak lagi guru-guru beliau yang lainnya.
Beliau memiliki banyak murid, diantara murid-murid belia adalah: Al-Habib Hasan bin Abdullah Al-Haddad (putera beliau sendiri), Al-Habib Ahmad bin Zain Al-Habsyi, Al-Habib Abdurrahman bin Abdullah Bilfaqih, Al-Habib Umar bin Zain bin Smith, Al-Habib Muhammad bin Zain bin Smith, Al-Habib Umar bin Abdurrahman Al-Bar, Al-Habib Ali bin Abdullah bin Abdurrahman As-Segaf, Al-Habib Muhammad bin Umar bin Thoha Ash-Shafi As-Segaf, dan masih banyak lagi murid-murid beliau.
Di antara karya-karya tulis al-Habib Abdullah adalah: ar-Risalah Adab as-Suluk al-Murid, ar-Risalatul al-Mu’awanah, an-Nafaais al-’Ulwiyah Fi al-Masailis as-Sufiyah, Sabiilul Iddikar, al-Ithaaf as-Saail, at-Tatsbiitul Fuaad, ad-Da’wah at-Taamah, an-Nasaih ad-Diiniyah, dan masih banyak lagi lainnya.
Dan termasuk wirid-wirid yang beliau susun diantaranya yang sangat terkenal adalah ‘Ratib Al-Haddad’ yang beliau susun di malam Lailatul Qadr tahun 1071 H.
Beliau wafat hari Senin Malam Selasa tanggal 7 Dzulqa’dah 1132 H, dan di makamkan di pemakaman Zambal di kota Tarim-Hadhramaut-Yemen.
Semoga Allah merahmati beliau dengan rahmat yang teramat luasnya dan meridhoinya serta memberi kita manfaat dan barokah beliau serta ilmu-ilmu beliau di dunia dan akhirat. Aamiin..
Karomah Al-Imam Al-‘Allamah Al-Habib Abdullah bin Alawi Al-Haddad
Maqam Al-Habib Abdullah Bin Alawi Al-Haddad (Shohibur Ratib)Karamah adalah suatu keistimewaan yang diberikan kepada seorang Wali Allah SWT sebagai karunia khusus baginya, sebagaimana mukjizat yang diberikan kepada seorang Nabi atau Rasul sebagai bukti kenabian dan kerasulannya. Kalau seorang Nabi atau Rasul diperintah memperkenalkan diri dan tugasnya kepada umatnya, dan untuk membuktikan kerasulan atau kenabiannya, maka ia dibolehkan memperlihatkan mukjizatnya, seperti ketika Nabi Allah Musa as di perintah melempar tongkatnya di depan Fir’aun, sehingga tongkatnya berubah menjadi seekor ular.
Berbeda dengan seorang wali dan karamahnya. Ia tidak diperintah memperkenalkan diri dan menampakkan karamahnya kepada orang lain, karena ia tidak diperintah untuk menyebarkan risalah agama. Hanya saja, seorang wali dianjurkan mengajak orang lain ke jalan Allah SWT. Kalau di tengah dakwahnya, ia membutuhkan suatu bukti, maka ia boleh minta diberi karamah, misalnya ketika Sunan Bonang dihadang oleh seorang preman, maka beliau menunjuk tangannya ke atas pohon, dengan izin Allah SWT si preman melihat buah pohon yang ada di atasnya berupa emas, sehingga ia tidak putus-putusnya memandang emas yang ada di atas pohon itu, sampai Sunan Bonang dapat meneruskan perjalanannya dengan lancar. Adapun buah pohon yang berubah menjadi emas adalah karamah Allah SWT yang diberikan kepada Sunan Bonang, sehingga beliau dapat selamat dalam perjalanannya.
Adapun karamah yang diberikan kepada al-Habib Abdullah bin Alawi al-Haddad cukup banyak, sehingga kalau diungkapkan satu persatunya, maka akan membutuhkan waktu yang panjang. Sehingga kami hanya mengungkapkan sebagian kecil saja, seperti yang dapat di baca di bawah ini:
Seorang sahabat dekat al-Habib Abdullah berkata: “Pada suatu kali aku terlilit hutang yang banyak dan aku tidak dapat melunasinya, karena aku tidak mempunyai uang. Ketika aku menyampaikan keluhanku kepada al-Habib Abdullah al-Haddad, maka beliau berkata: ‘Semoga esok pagi semua hutangmu dapat terlunasi.’ Ternyata keesokan paginya, ada seorang lelaki memberiku sepuluh potong pakaian. Setelah aku menerimanya, kemudian akupun menjualnya, maka aku mendapat keuntungan yang lebih besar dari jumlah hutangku, semua itu adalah berkah karamah al-Habib Abdullah al-Haddad.”
Salah satu sahabat al-Habib Abdullah al-Haddad berkata:
“Salah seorang yang sangat cinta kepada al-Habib Abdullah al-Haddad berkata: ‘Aku pernah dirampok sampai semua hartaku habis. Maka akupun mendatangi al-Habib Abdullah untuk meminta tolong dan minta do’a. Ketika aku akan pamitan, maka ia berkata kepadaku, semoga engkau mendapat ganti yang lebih bagus daripada hartamu yang dirampok. Tetapi bacalah setiap paginya ‘YA RAZZAK’ sebanyak tiga ratus delapan puluh kali dan do’a sebagai berikut sebanyak empat kali:
“Allahumma Aghninii Bichalaalika ‘An Charaamika, Wa Bithaa’atika ‘An Ma’shiyatika Wa Bifadhlika ‘Amman Siwaak.”
Maka dengan izin Allah SWA, lelaki itu kembali dalam keadaan yang lebih baik, karena hidupnya lebih baik dan hutang-hutangnya sudah terlunasi. Ia termasuk seorang yang shaleh, bertakwa dan wara’. Ia banyak mengerjakan amal-amal kebajikan, terutama saedekah. Ia sangat yakin kepada al-Habib Abdullah dan kepada orang-orang shaleh. Ia wafat di Kota Syibam pada tahun empat puluh. Semoga Allah SWT merahmatinya dan menempatkannya di surga-Nya yang sangat luas.”
Selain itu, asy-Syeikh Abdullah Syarahil menceritakan kisah asy-Syeikh Umar Bahmid sebagai berikut: “Ada seorang datang mengadu kepada al-Habib Abdullah tentang sakit perut dan darah yang banyak keluar dari duburnya, dan ketika itu aku ada di sisinya. Maka al-Habib Abdullah berkata kepadaku: “Wahai Bahmid, obatilah orang ini.” Maka aku memegang perutnya, kemudian aku meniupnya. Maka penyakit orang itu sembuh pada waktu itu juga. Kemudian penyakit orang itu berpindah kepadaku, sampai aku mengeluh kepada al-Habib Abdullah. Kemudian beliau memberi makanan kepadaku sambil mengusap perutku dengan tangannya yang mulia, maka dengan izin Allah SWT penyakitku segera sembuh pada waktu itu juga.”
Asy-Syeikh Abdullah Syarahil menuturkan, bahwa al-Habib Ahmad berkata kepadaku: “Aku diberitahu oleh al-Habib Ahmad, bahwa al-Habib Abdullah al-Haddad berkata kepadanya: “Aku melihat ada seorang yang mengeluh sakit gigi dan ia minta do’a kesembuhan darimu.”
Maka aku berkata kepadanya: “Mengapa orang itu meminta do’a kepadaku, padahal engkau masih ada di dekatnya?”
Lalu al-Habib Abdullah mengatakan kepadaku: “Laksanakan saja perintahku.”
“Lalu akupun segera melaksanakan perintahnya, hingga penyakit orang itu sembuh, tetapi rasa sakitnya berpindah pada diriku. Ketika aku menghadap kepada al-Habib Abdullah, maka beliau memberitahuku: “Pdnyakit orang itu sudah sembuh, tetapi rasa sakitnya pindah kepadamu.”
“Memang aku merasakan sakitnya orang itu, namun segera hilang dengan berkahnya,” katanya.
Selain itu masih ada lagi kisah karamah yang dialami oleh al-Habib Abdullah sebagai berikut:
“Disebutkan bahwa ketika al-Habib Abdullah pergi menunaikan ibadah haji, maka ada seekor unta yang melompat-lompat karena emosi, sehingga tidak seorangpun yang berani mendekati dan menungganginya, karena lompatannya sangat keras. Ketika al-Habib Abdullah diberitahu tentang masalah itu, maka beliau mendatangi unta itu dan meletakkan tangannya di lehernya, maka dengan izin Allah SWT, maka unta itu menundukkan kepala kepadanya.”
Salah seorang sahabat dekat al-Habib Abdullah al-Haddad berkata:
“Aku diberitahu oleh salah seorang murid yang selalu mengikuti al-Habib Abdullah al-Haddad: “Pada suatu hari aku keluar untuk mengunjungi seorang syeikh yang dikenal oleh penduduk Kota Tarim dengan nama asy-Syeikh Maula ar-Rakah, dan aku kesana tanpa
memberitahu kepada al-Habib Abdullah lebih dahulu, sehingga aku kesana dalam keadaan demam yang sangat keras. Aku berkata dalam diriku sendiri: “Mungkin penyakitku ini disebabkan aku tidak memberitahu kepada al-Habib Abdullah terlebih dahulu.”
Ketika aku mendatangi al-Habib Abdullah dan mengeluh kepadanya, maka al-Habib Abdullah mengusap badanku dengan tangannya yang mulia. Dengan izin Allah dan berkah al-Habib Abdullah penyakitku segera sembuh dan tidak meninggalkan bekas apapun pada tubuhku.”

Al - Habib Abdullah bin Alwi Al - Haddad Shohibur Rotib

Nasab Al-habib Abdullah bin Alwi Al-Haddad

Habib Abdullah bin Alwi bin Muhammad bin Ahmad bin Abdullah bin Muhammad bin Alwi bin Ahmad bin Abu Bakar bin Ahmad bin Abu Bakar bin Ahmad bin Muhammad bin Abdullah bin Al Faqih Ahmad bin Abdurrahman bin Alwi 'Ammil Faqih bin Sayyidina Al-Imam Muhammad Shohib Marbat bin Sayyidina Al-Imam Kholi Qosam bin Sayyidina Alwi bin Sayyidina Al-Imam Muhammad Shohib As-Shouma’ah bin Sayyidina Al-Imam Alwi Shohib Saml bin Sayyidina Al-Imam Ubaidillah Shohibul Aradh bin Sayyidina Al-Imam Muhajir Ahmad bin Sayyidina Al-Imam Isa Ar-Rumi bin Sayyidina Al- Imam Muhammad An-Naqib bin Sayyidina Al-Imam Ali Al-Uraydhi bin Sayyidina Al-Imam Ja’far As-Shodiq bin Sayyidina Al-Imam Muhammad Al-Baqir bin Sayyidina Al-Imam Ali Zainal Abidin bin Sayyidina Al-Imam As-Syahid Syababul Jannah Sayyidina Al-Husein. Rodiyallahu ‘Anhum Ajma’in.

Beliau dilahirkan pada malam senin 5 Shafar 1044 H / 1624 M di Subair, di pinggiran kota Tarim, Hadramaut, Yaman. Pada tahun kelahirannya, terjadi beberapa peristiwa, yaitu Wafat Habib Husein bin Syekh Abu Bakar bin Salim dan Sayyid Yusuf bin Al-Fasi ( murid Syekh Abu Bakar bin Salim ) dan terbunuhnya Sayyid Ba Jabhaban.

Kedua Orang Tua Beliau

Sayyid Alwy bin Muhammad Al-Haddad, Ayah Syaikh Abdullah Al-Haddad dikenal sebagai seorang yang saleh. Lahir dan tumbuh di kota Tarim, Sayyid Alwy, sejak kecil berada di bawah asuhan ibunya Syarifah Salwa, yang dikenal sebagai wanita ahli ma’rifah dan wilayah. Bahkan Al-Habib Abdullah bin Alwy Al-Haddad sendiri banyak meriwayatkan kekeramatannya. Kakek Al-Haddad dari sisi ibunya ialah Syaikh Umar bin Ahmad Al-Manfar Ba Alawy yang termasuk ulama yang mencapai derajat ma’rifah sempurna. Suatu hari Sayyid Alwy bin Muhammad Al-Haddad mendatangi rumah Al-Arif Billah Syaikh Ahmad bin Muhammad Al-Habsy, pada waktu itu ia belum berkeluarga, lalu ia meminta Syaikh Ahmad Al-Habsy mendoakannya, lalu Syaikh Ahmad berkata kepadanya, ”Anakmu adalah anakku, di antara mereka ada keberkahan”. Kemudian ia menikah dengan cucu Syaikh Ahmad Al-Habsy, Salma binti Idrus bin Ahmad bin Muhammad Al-Habsy. Al-Habib Idrus adalah saudara dari Al-Habib Husein bin Ahmad bin Muhammad Al-Habsy. Yang mana Al-Habib Husein ini adalah kakek dari Al-Arifbillah Al-Habib Ali bin Muhammad bin Husein bin Ahmad bin Muhammad Al-Habsy (Mu’alif Simtud Durror). Maka lahirlah dari pernikahan itu Al-Habib Abdullah bin Alwy Al-Haddad. Ketika Syaikh Al-Hadad lahir ayahnya berujar, “Aku sebelumnya tidak mengerti makna tersirat yang ducapkan Syaikh Ahmad Al-Habsy terdahulu, setelah lahirnya Abdullah, aku baru mengerti, aku melihat pada dirinya tanda-tanda sinar Al-Wilayah ( Kewaliyan ).

Masa kecil Beliau

Ketika Habib Abdullah berusia 4 tahun, beliau terserang penyakit cacar. Demikian hebat penyakit itu, hingga hilanglah penglihatan beliau. Namun musibah ini sama sekali tidak mengurangi kegigihannya dalam menuntut ilmu. Beliau berhasil menghafal Al Qur’an dan menguasai berbagai ilmu agama ketika masih kanak-kanak. Beliau sejak kecil gemar beribadah da riyadhoh. Nenek dan kedua orang tuanya sering kali tidak tega menyaksikan anaknya yang buta ini melakukan berbagai ibadah dan riyadhoh. Mereka menasehati agar beliau berhenti menyiksa diri. Demi menjaga perasaan keluarganya, si kecil Abdullah pun mengurangi ibadah dan riyadhoh yang sesunguhnya amat beliau gemari.
Di masa mudanya beliau berperawakan tinggi, berdada bidang, berkulit putih, berwibawa dan di wajahnya tidak tampak bekas-bekas cacar yang dahulu menyebabkan beliau kehilangan penglihatannya.

Guru-guru Habib Abdullah bin alwi Al Haddad

1. Al-Quthb Anfas Al-Habib Umar bin Abdurrohman Al-Aththos bin Aqil bin Salim bin Abdullah bin Abdurrohman bin Abdullah bin Abdurrohman Asseqaff,
2. Al-Allamah Al-Habib Aqil bin Abdurrohman bin Muhammad bin Ali bin Aqil bin Syaikh Ahmad bin Abu Bakar bin Syaikh bin Abdurrohman Asseqaff,
3. Al-Allamah Al-Habib Abdurrohman bin Syekh Maula Aidid Ba’Alawy,

4. Al-Allamah Al-Habib Sahl bin Ahmad Bahasan Al-Hudaily Ba’Alawy
5. Al-Mukarromah Al-Habib Muhammad bin Alwy bin Abu Bakar bin Ahmad bin Abu Bakar bin Abdurrohman Asseqaff
6. Syaikh Al-Habib Abu Bakar bin Imam Abdurrohman bin Ali bin Abu Bakar bin Syaikh Abdurrahman Asseqaff
7. Sayyid Syaikhon bin Imam Husein bin Syaikh Abu Bakar bin Salim
8. Al-Habib Syihabuddin Ahmad bin Syaikh Nashir bin Ahmad bin Syaikh Abu Bakar bin Salim
9. Sayyidi Syaikh Al-Habib Jamaluddin Muhammad bin Abdurrohman bin Muhammad bin Syaikh Al-Arif Billah Ahmad bin Quthbil Aqthob Husein bin Syaikh Al-Quthb Al-Robbani Abu Bakar bin Abdullah Al-Idrus
10. Syaikh Al-Faqih Al-Sufi Abdullah bin Ahmad Ba Alawy Al-Asqo
11. Sayyidi Syaikh Al-Imam Ahmad bin Muhammad Al-Qusyasyi

Murid-murid Habib Abdullah bin Alwi Al Haddad

1. Habib Hasan bin Abdullah Al Haddad ( putra beliau )
2. Habin Ahmad bin Zein Al Habsyi
3. Habib Abdurrahman bin Abdullah BilFaqih
4. Habib Muhammad bin Zein bin Smith
5. Habib Umar bin Zein bin Smith
6. Habib Umar bin Abdullah Al Bar
7. Habib Ali bin Abdullah bin Abdurrahnan As Segaf
8. Habib Muhammad bin Umar bin Toha Ash Ahafi As Segaf
9. dll.

Suatu hari beliau berkata :

”Dahulu orang menuntut ilmu dari semua orang, kini semua orang menuntut ilmu dariku “.

Keaktifannya dalam mendidik dan berdakwah membuatnya digelari Quthbud Da’wah wal Irsyad.

Beliau berpesan :

“Ajaklah orang awam kepada syariat dengan bahasa syariat; ajaklah ahli syariat kepada tarekat ( thariqah ) dengan bahasa tarekat; ajaklah ahli tarekat kepada hakikat ( haqiqah ) dengan bahasa hakikat, ajaklah ahli hakikat kepada Al-Haq dengan bahasa Al-Haq, dan ajaklah ahlul Haq kepada Al-Haq dengan bahasa Al-Haq.”

Ibadah Beliau

Pada masa Bidayahnya ( permulaannya ); setiap malam beliau mengunjungi seluruh masjid di kota Tarim untuk beribadah. Telah lebih 30 tahun lamanya beliau beribadah sepanjang malam. Ketika beliau berada di Bidayahnya, Al-Faqih Abdullah binAbu Bakar Al-Khotib, salah seorang guru Fiqih beliau, berkata :

”Aku bersaksi bahwa Syyidi Abdullah Al Haddad berada di Maqom Sayyid ath-Thoifah Junaid.”
Ratib Al Haddad dan Wirdul Lathif

ketika beliau berusia 27 tahun, beberapa orang ( Syi’ah ) Zaidiyyah masuk ke Yaman. Para Ulama khawatir akidah masyarakat akan rusak karena pengaruh ajaran para pendatang syi’ah itu. Mereka lalu meminta beliau untuk merumuskan sebuah doa’ yang dapat mengokohkan akidah masyarakat dan menyelamatkan mereka dari faham-faham sesat. Beliau memenuhui permintaan mereka lalu menyusun sebuah doa’ yang akhirnya dikenal dengan nama Ratb Al Haddad. Disamping itu beliau juga merumuskan bacaan dzikir yang dinamainya Wirid al-Lathif. Ketika berusia 28 tahun, ayah beliau meninggal dunia dan tak lama kemudian ibunya menyusul.

Keluhuran Budi Beliau

Dalam kehidupannya, beliau juga mendapat gangguan dari masyarakat lingkungannya, Beliau berkata :

Kebanyakan orang, jika tertimpa musibah penyakit atau lainnya, mereka tabah dan sabar; mereka sadar bahwa itu adalah qodho dan qodar Allah SWT. Tetapi jika diganggu orang, mereka sangat marah. Mereka lupa bahwa gangguan-gangguan itu sebenarnya juga qodho dan qodar Allah SWT, mereka lupa bahwa sesungguhnya Allah SWT hendak menguji dan menyucikan jiwa mereka.

Rasulullah bersabda :

“Besarnya pahala tergantung pada beratnya ujian. Jika Allah SWT mencintai suatu kaum, ia akan menguji mereka. Barang siapa ridho, ia akan memperoleh keridhoannya; barang siapa tidak ridho, Allah SWT akan murka kepadanya.” ( HR Thabrani dan Ibnu Majah )

Habib Abdullah juga menjadikan Ratib Al-Atthas karya gurunya, Habib Umar bin Abdurrahman Al-Atthas sebagai rujukan. Ketika seseorang datang minta ijazah atau izin mengamalkan Ratib Al-Haddad; beliau berkata :

“Bacalah Ratib Guruku, kemudian baru Ratibku”

Ini merupakan cermin bagaimana seorang murid menghormati gurunya, meski karyanyalah yang lebih populer.

Habib Abdullah tidak pernah menyakiti hati orang lain, apabila beliau terpaksa harus bersikap tegas, beliau kemudian segera menghibur dan memberikan hadiah kepada orang yang ditegurnya. Beliau berkata :

”Aku tak pernah melewatkan pagi dan sore dalam keadaan benci dan iri pada seseorang!”

Dalam mengarungi bahtera kehidupan, beliau lebih suka berpegang pada hadits Rasulullah SAW :

”Orang beriman yang bergaul dengan masyarakat dan sabar menanggung gangguannya, lebih baik daripada orang yang tidak bergaul dengan masyarakat dan tidak pula sabar menghadapi gangguannya.” ( HR Ibnu Majah dan Ahmad )

Dalam kesempatan lain beliau berkata :

“Sesungguhnya aku tidak ingin bercakap-cakap dengan masyarakat, aku juga tidak menyukai pembicaraan mereka, dan tidak peduli kepada siapapun dari mereka. Sudah menjadi tabiat dan watakku bahwa aku tidak menyukai kemegahan dan kemasyhuran. Aku lebih suka berkelana di gurun sahara. Itulah keinginanku; itulah yang kudambakan. Namun, aku menahan diri tidak melaksanakan keinginanku agar masyarakat dapat mengambil manfaat dariku.”

Beliau menulis dalam sya’irnya :

Bila Allah SWT mengujimu, bersabarlah
karena itu haknya atas dirimu.
Dan bila ia memberimu nikmat, bersyukurlah.
Siapapun mengenal dunia, pasti akan yakin
bahwa dunia tak syak lagi
adalah tempat kesengsaraan dan kesulitan.

Beliau tidak pernah bergantung pada mahluk dan selalu mencukupkan diri hanya kepada Allah SWT. Beliau berkata :

“Dalam segala hal aku selalu mencukupkan diri dengan kemurahan dan karunia Allah SWT. Aku selalu menerima nafkah dari khazanah kedermawanannya.”
“Aku tidak pernah melihat ada yang benar-benar memberi, selain Allah SWT. Jika ada seseorang memberiku sesuatu, kebaikannya itu tidak meninggikan kedudukannya di sisiku, karena aku mrnganggap orang itu hanyalah perantara saja,”

Beliau sangat menyayangi kaum faqir miskin,

“Andaikan aku kuasa dan mampu, tentu akan kupenuhi kebutuhan semua kaum faqir miskin. Sebab pada awalnya, agama ini ditegakkan oleh kaum Mukminin yang lemah.” “Dengan sesuap makanan tertolaklah bencana.”
Karya-karya Beliau

1. An Nashoihud Diniyyah wal Washoyal Imaniyyah
2. Ad Da’watut Tammah wat Tadzkiratul ‘Ammah
3. Risalatul Mu’awanah wal Muzhoharah wal Muazaroh
4. Al Fushul ‘Ilmiyyah
5. Sabilul Iddikar
6. Risalatul Mudzakaroh
7. Risalatu Adabi sulukil Murid
8. Kitabul Hikam
9. An Nafaisul ‘Uluwiyah
10. Ithafus Sail Bijawabil Masail
11. Tatsbitul Fuad
12. Risalah Shalawat ; diantaranya Shalawat Thibbil Qulub ( Allahumma shalli ‘ala sayyidina Muhammadin thibbil qulubi wadawa-iha, wa’afiyati abdani wa syifa-iha, wanuril abshari wadliya-iha, wa’ala alihi washahbihi wasalim.)
13. Ad-Durul Mandzum (kumpulan puisi )
14. Diwan Al-Haddad (kumpulan puisi )

Karya-karya beliau sarat dengan inti sari ilmu syari’at, adab islami dan tarekat, penjabaran ilmu hakikat, menggunakan ibarat yang jelas dan tata bahasa yang memikat. Semuanya ditulis dengan bahasa yang mudah dipahami. Berisi ajaran tasawuf murni. Beliau berkata :

“Aku mencoba menyusunnya dengan ungkapan yang mudah, supaya dekat dengan pemahaman masyarakat, lalu kugunakan kata-kata yang ringan, supaya segera dapat dipahami dan mudah dimengerti oleh kaum khusus maupun awam.”

Seluruh tulisannya sarat dengan ajaran islam ( tauhid, syari’at, akhlaq, tarekat ) semuanya tersaji bercirikan tasawuf. Dalam Ad-Durrul Mandzum, misalnya beliau menulis :

“Dalam bait-bait yang aku tulis ini, terdapat berbagai ilmu yang tidak yang tidak ada dalam kitab lainnya. Maka barang siapa membacanya secara rutin, lalu berpegang teguh kepadanya, cukup sudah baginya.”

Ada keyakinan di kalangan sebagian kaum muslimin, membaca karya Habib Abdullah bisa mendapatkan manfaat besar, yaitu keselamatan, bukan hanya bagi pembacanya, melainkan juga masyarakat sekitarnya.

Sebagai Mujaddid Abad ke 11 H.

Penganut Mazhab Syafi’i, khususnya di Yaman, berkeyakinan bahwa Habib Abdullah bin Alwi Al Haddad adalah Mujaddid ( pembaharu )abad 11 H. pendapat ini diutarakan oleh Ibnu Ziyad, seorang Ahli Fiqih terkemuka di Yaman yang fatwa-fatwanya disejajarkan dengan tokoh-tokoh Fiqih seperti Imam Ibnu Hajar dan Imam Ramli.
Seseorang pernah menggambarkan kedudukan beliau dengan ungkapan yang indah,yaitu:

”Dalam Dunia Tasawuf Imam Ghazali ibarat pemintal kain, Imam Sya’rani ibarat tukang potong dan Sayyid Abdullah bin Alwi Al Haddad adalah penjahitnya.”

Beberapa Ulama memberinya beberapa gelar, seperti :

• Syaikhul Islam ( Rujukan utama keislaman )
• Fardul A’lam ( Orang teralim )
• Al-Quthbul Ghauts ( Wali tertinggi yang bisa menjadi wasilah pertolongan )
• Al-Quthbud Da’wah wal-Irsyad ( Wali Tertinggi yang memimpin Dakwah )


Pendapat Ulama tentang Habib Abdullah bin Alwi Al-Haddad.

Al-Arifbillah Quthbil Anfas Al-Imam Habib Umar bin Abdurrohman Al-Athos ra. mengatakan, “Al-Habib Abdullah Al-Haddad ibarat pakaian yang dilipat dan baru dibuka di zaman ini, sebab beliau termasuk orang terdahulu, hanya saja ditunda kehidupan beliau demi kebahagiaan umat dizaman ini ( abad 12 H ).

Al-Imam Arifbillah Al-Habib Ali bin Abdullah Al-Idrus ra. mengatakan, “Sayyid Abdullah bin Alwy Al-Haddad adalah Sultan seluruh golongan Ba Alawy"
Al-Imam Arifbillah Muhammad bin Abdurrohman Madehej ra. mengatakan, “Mutiara ucapan Al-Habib Abdullah Al-Haddad merupakan obat bagi mereka yang mempunyai hati cemerlang sebab mutiara beliau segar dan baru, langsung dari Allah SWT. Di zaman sekarang ini kamu jangan tertipu dengan siapapun, walaupun kamu sudah melihat dia sudah memperlihatkan banyak melakukan amal ibadah dan menampakkan karomah, sesungguhnya orang zaman sekarang tidak mampu berbuat apa-apa jika mereka tidak berhubungan (kontak hati) dengan Al-Habib Abdullah Al-Haddad sebab Allah SWT telah menghibahkan kepada beliau banyak hal yang tidak mungkin dapat diukur.”

Al-Imam Abdullah bin Ahmad Bafaqih ra. mengatakan, “Sejak kecil Al-Habib Abdullah Al-Haddad bila matahari mulai menyising, mencari beberapa masjid yang ada di kota Tarim untuk sholat sunnah 100 hingga 200 raka'at kemudian berdoa dan sering membaca Yasin sambil menangis. Al-Habib Abdullah Al-Haddad telah mendapat anugrah ( fath ) dari allah swt sejak masa kecilnya".
Sayyid Syaikh Al-Imam Khoir Al-Diin Al-Dzarkali ra. menyebut Al-Habib Abdullah Al-Haddad sebagai fadhillun min ahli Tarim (orang utama dari Kota Tarim).

Al-Habib Muhammad bin Zein bin Smith ra. berkata, “Masa kecil Al-Habib Abdullah Al-Haddad adalah masa kecil yang unik. Uniknya semasa kecil beliau sudah mampu mendiskusikan masalah-masalah sufistik yang sulit seperti mengaji dan mengkaji pemikiran Syaikh Ibnu Al-Faridh, Ibnu Aroby, Ibnu Athoilah dan kitab-kitab Al-Ghodzali. Beliau tumbuh dari fitroh yang asli dan sempurna dalam kemanusiaannya, wataknya dan kepribadiannya”.

Al-Habib Hasan bin Alwy bin Awudh Bahsin ra. mengatakan, “Bahwa Allah telah mengumpulkan pada diri Al-Habib Al-Haddad syarat-syarat Al-Quthbaniyyah.”

Al-Habib Abu Bakar bin Said Al-Jufri ra. berkata tentang majelis Al-Habib Abdullah Al-Haddad sebagai majelis ilmu tanpa belajar (ilmun billa ta’alum) dan merupakan kebaikan secara menyeluruh. Dalam kesempatan yang lain beliau mengatakan, “Aku telah berkumpul dengan lebih dari 40 Waliyullah, tetapi aku tidak pernah menyaksikan yang seperti Al-Habib Abdullah Al-Haddad dan tidak ada pula yang mengunggulinya, beliau adalah Nafs Rohmani, bahwa Al-Habib Abdullah Al-Haddad adalah asal dan tiada segala sesuatu kecuali dari dirinya".

Seorang guru Masjidil Harom dan Nabawi, Syaikh Syihab Ahmad al-Tanbakati ra. berkata, “Aku dulu sangat ber-ta’alluq (bergantung) kepada Sayyidi Syaikh Abdul Qodir Al-Jailani. Kadang-kadang dia tampak di hadapan mataku. Akan tetapi setelah aku ber-intima’ (condong) kepada Al-Habib Abdullah Al-Haddad, maka aku tidak lagi melihatnya. Kejadian ini aku sampaikan kepada Al-Habib Abdullah Al-Haddad. Beliau berkata,’Syaikh Abdul Qodir Al-Jailani di sisi kami bagaikan ayah. Bila yang satu ghoib (tidak terlihat), maka akan diganti dengan yang lainnya. Allah lebih mengetahui.’ Maka semenjak itu aku berta'alluq kepadanya".

Al-Habib Ahmad bin Zain Al-Habsyi ra. seorang murid Al-Habib Abdullah Al-Haddad yang mendapat mandat besar dari beliau, menyatakan kekagumannya terhadap gurunya dengan mengatakan, ”Seandainya aku dan tuanku Al-Habib Abdullah Al-Haddad ziaroh ke makam, kemudian beliau mengatakan kepada orang-orang yang mati untuk bangkit dari kuburnya, pasti mereka akan bangkit sebagai orang-orang hidup dengan izin Allah. Karena aku menyaksikan sendiri bagaimana dia setiap hari telah mampu menghidupkan orang-orang yang bodoh dan lupa dengan cahaya ilmu dan nasihat. Beliau adalah lauatan ilmu pengetahuan yang tiada bertepi, yang sampai pada tingkatan Mujtahid dalam ilmu-ilmu Islam, Iman dan Ihsan. Beliau adalah mujaddid pada ilmu-ilmu tersebut bagi penghuni zaman ini".
Syaikh Abdurrohman Al-Baiti ra. pernah berziaroh bersama Al-Habib Abdullah Al-Haddad ke makam Sayidina Al-Faqih Al-Muqoddam Muhammad bin Ali Ba’Alawy, dalam hatinya terbetik sebuah pertanyaan ketika sedang berziaroh, “Bila dalam sebuah majelis zikir para sufi hadir Al-Faqih Al-Muqaddam, Syaikh Abdurrohman Asseqaff, Syaikh Umar al-Mukhdor, Syaikh Abdullah Al-Idrus, Syaikh Abdul Qodir Al-Jailani, dan yang semisal setara dengan mereka, mana diantara mereka yang akan berada di baris depan? Pada waktu itu guruku, Al-Habib Abdullah Al-Haddad, menyingkap apa yang ada dibenakku, kemudian dia mengatakan, ‘Saya adalah jalan keluar bagi mereka, dan tiada seseorang yang bisa masuk kepada mereka kecuali melaluiku.’ Setelah itu aku memahami bahwa beliau Al-Habib Abdullah Al-Haddad, adalah dari abad 2 H, yang diakhirkan kemunculannya oleh Allah SWT pada abad ini sebagai rohmat bagi penghuninya.”

Al-Habib Ahmad bin Umar bin Semith ra. mengatakan, “Bahwa Allah memudahkan bagi pembaca karya-karya Al-Habib Abdullah Al-Haddad untuk mendapat pemahaman (futuh), dan berkah membaca karyanya Allah memudahkan segala urusannya agama, dunia dan akhirat, serta akan diberi ‘Afiat (kesejahteraan) yang sempurna dan besar kepadanya.”

Al-Habib Thohir bin Umar Al-Hadad ra. mengatakan, “Semoga Allah mencurahkan kebahagiaan dan kelapangan, serta rezeki yang halal, banyak dan memudahkannya,bagi mereka yang hendak membaca karya-karya Al-Quthb Aqthob wal Ghouts Al-Habib Abdullah bin Alwy al-Haddad ra".
Al-Habib Umar bin Zain bin Semith ra. mengatakan bahwa seseorang yang hidup sezaman dengan Al-Habib Abdullah Al-Haddad ra., bermukim di Mekkah, sehari setelah Al-Habib Abdullah Al-Haddad wafat, ia memberitahukan kepada sejumlah orang bahwa semalam beliau ra. sudah wafat. Ketika ditanya darimana ia mengetahuinya, ia menjawab, “Tiap hari, siang dan malam, saya melihat beliau selalu datang berthowaf mengitari Ka’bah (padahal beliau berada di Tarim, Hadhromaut). Hari ini saya tidak melihatnya lagi, karena itulah saya mengetahui bahwa beliau sudah wafat.”


Wafatnya Beliau
Hari kamis 27 Ramadhan 1132 H / 1712 M, beliau sakit dan tidak ikut shalat ashar berjamaah di masjid dan pengajian sore. Beliau memerintahkan orang-orang untuk tetap melangsungkan pengajian seperti biasa dan ikut mendengarkan dari dalam rumah. Malam harinya, beliau sholat ‘isya berjamaah dan tarawih. Keesokan harinya beliau tidak bisa menghadiri sholat jum’at. Sejak hari itu, penyakit beliau semakin parah. Beliau sakit selama 40 hari sampai akhirnya pada malam selasa, 7 Dzulqaidah 1132 H / 1712 M beliau wafat di kota Tarim, disaksikan anak beliau, Hasan.
Beliau wafat dalam usia 89 tahun, meninggalkan banyak murid, karya dan nama harum di dunia. Beliau dimakamkan di pemakaman Zanbal, Tarim.
Meski secara fisik telah tiada, secara batin Habib Abdullah bin Alawy Al-Haddad tetap hadir di tengah-tengah kita, setiap kali nama dan karya-karyanya kita baca.

al-Quthub Habib Abdullah bin Alwi al-Haddad, mempunyai enam orang anak laki:
1. Zainal Abidin
2. Hasan, wafat di Tarim tahun 1188 H, anaknya Ahmad.
3. Salim
4. Muhammad, keturunannya di Tarim
5. Alwi, wafat di Makkah tahun 1153 H, keturunannya di Tarim
6. Husin, wafat di Tarim tahun 1136 H keturunannya di Aman, Sir, Gujarat


( Al Kisah No.18/tahun III/29 agustus-11 September 2005 dan Buku Tanya Jawab Sufistik )

sumber: wasiatnasehat.blogspot.com

Selasa, 18 Agustus 2015

Sifat para Nabi, ulama, wali, sholihin


sumber

Husein yg ..... hafal Al qur an

Lihat video

AL HABIB SYAIKH AL MUSAWA

AL HABIB SYAIKH AL MUSAWA
PERINTIS TAQRIB (PENDEKATAN) ANTAR EMPAT MAZHAB DI INDONESIA
Semasa hidupnya beliau dikenal sebagai guru para ulama dan habaib. Seperti ulama yang lain, masa mudanya dihabiskan untuk menuntut ilmu. Saat beliau masih hidup, meski usianya ketika itu sudah diatas 85 tahun, ia masih membuka taklim di Surabaya.
Dulu, ia dikenal sebagai muballigh di berbagai majelis taklim di Jakarta. Bisa dimaklumi jika cukup banyak santrinya yang kini menjadi ulama di Jakarta, seperti K.H. Abdurrahman Nawawi, K.H. Thoyib Izzi, K.H. Zain, dan lain-lain.
Beliau lahir di Purwakarta, Jawa Barat, pada th 1921, Habib Syekh Al-Musawa putra pasangan Habib Ahmad bin Muhammad Al-Musawa dan Sayidah Sa’diyah. Sejak kecil, putra kedua dari tiga bersaudara ini dididik langsung oleh ayahandanya, seorang ulama yang cukup terkenal di masanya.
Pada 1930, menginjak usia sembilan tahun, ia belajar ke sebuah rubath (pesantren) di Tarim, Hadramaut. Di sana ia berguru kepada Habib Ahmad bin Umar Asy-Syathiry, pengarang kitab Al-Yaqut an-Nafis, dan Habib Abdullah bin Umar Asy-Syathiry, pengasuh Rubath Tarim.
Ia belajar fiqih, tafsir, nahwu, sharaf, balaghah, dan tasawuf, selama 10 tahun. Namun yang paling ia senangi ialah tasawuf. Pelajaran tasawuf sangat saya senangi, karena merupakan salah satu jalan manusia mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Tasawuf juga menganjurkan orang menjadi bijaksana dan lebih berakhlak,” kata Habib Syekh bin Ahmad Al-Musawa. Selain itu, menurut dia, tasawuf mudah dipelajari – baik dalam keadaan senang maupun susah. Maka ia pun dengan tekun mempelajari kitab tasawuf karya Imam Ghazali, seperti Ihya’ Ulumiddin, Bidayah al-Hidayah, dan lain-lain.
Semangat belajarnya yang tinggi membawanya belajar ke Makkah Al-Mukarramah. Meski waktu itu Timur Tengah tak lepas dari imbas suasana Perang Dunia I, tekadnya yang besar tak menyurutkan langkahnya menuju Makkah. Di tengah kecamuk perang itulah, dengan mengendarai unta ia berangkat dari Tarim ke Makkah.
Di tengah perjalanan Habib Syekh Al-Musawa terpaksa singgah di beberapa desa, bahkan sempat pula mengajar di perkampungan Arab Badui. Bisa dimaklumi jika perjalanan itu makan waktu sekitar dua bulan.
Di Tanah Suci, ia langsung belajar kepada Sayid Alwy bin Muhammad Al-Maliky (ayahnya alm Prof Sayyid Muhammad bin Alwy Al Maliky).
Bermukim di Makkah sekitar lima tahun, Habib Syekh bin Ahmad Al-Musawa juga berguru kepada Habib Alwy Shahab, Habib Abdulbari bin Syekh Alaydrus, dan Sayid Amin Al-Kutbi. Di Makkah, ia sempat bertemu para santri asal Indonesia, seperti Habib Ali bin Zain Shahab (Pekalongan), Habib Abdullah Alkaf (Tegal), Habib Abdullah Syami Alatas (Jakarta), Habib Husein bin Abdullah Alatas (Bogor).
Pada 1947 Habib Syekh Al-Musawa pulang, lalu menikah dengan Sayidah Nur binti Zubaid di Surabaya. Tak lama kemudian ia mengajar di Madrasah Al-Khairiyah, sambil berguru kepada Habib Muhammad Assegaf di Kapasan, Surabaya.
Setelah gurunya itu wafat, ia menggantikan mengajar di majelis taklim almarhum. Tiga tahun kemudian Habib Syekh bin Ahmad Al-Musawa pindah ke Jakarta, mengajar setiap Minggu pagi di majelis taklim Kwitang yang diasuh oleh Habib Muhammad Alhabsyi selama enam tahun. Ia membantu Habib Muhammad membangun Islamic Centre Indonesia (ICI), antara lain berangkat ke beberapa negara Islam di Timur Tengah pada 1967 untuk mencari dana pembangunan ICI.
Setelah pembangunan ICI selesai, Habib Syekh Al-Musawa mengajar majelis taklim asuhan K.H. Muhammad Zein di Kampung Makassar, Kramat Jati, selama setahun. Dan sejak 1971 ia mengajar di Madrasah Az-Ziyadah asuhan K.H. Zayadi Muhajir selama 30 tahun. Setelah Kiai Muhajir wafat, Habib Syekh bin Ahmad Al-Musawa menggantikan almarhum mengasuh taklim sampai 2003. Selain mengajar di Az-Ziyadah, ia juga mengajar di majelis taklim Habib Muhammad bin Aqil bin Yahya di Jalan Pedati, Jakarta Timur. Bukan hanya itu, ketika itu ia juga mengajar di 30 majelis taklim lain di berbagai tempat di Jakarta.
Pada 2003, Habib Syekh Al-Musawa kembali ke Surabaya, tinggal di rumahnya yang sekarang sebelum beliau wafat, yaitu di Jalan Kalimasudik II.
Ia mengajar fiqih, nahwu, sharaf, balaghah, tafsir, dan tasawuf. Salah satu buah karyanya yang mutakhir ialah kitab Muqtathafat fi al-Masail al-Khilafiyyah (Beberapa Petikan Masalah Khilafiah). Dan menyelesaikan sebuah kitab tentang pernikahan dalam pandangan empat ulama madzhab.
sumber

Aku jadikan semua doaku untukmu

Dari Ubay Ka’ab r.a, beliau bertanya : “Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku ingin memperbanyakkan berselawat kepadamu. Dari itu, berapa banyakkah dari doaku perlu aku jadikan untuk berselawat kepadamu?”
Rasulullah S.A.W menjawab : "Terserah kepadamu.”
Aku pun berkata : “Adakah satu perempat darinya?”
Rasulullah S.A.W menjawab : “Terserah kepadamu, tetapi sekiranya kamu menambah, itu lebih baik bagimu.”
Aku berkata : “Adakah separuh daripadanya?”
Rasulullah S.A.W menjawab : “Terserah kepadamu, tetapi sekiranya kamu menambah, itu lebih baik bagimu.”
Aku berkata : “Adakah dua pertiga?”
Rasulullah S.A.W menjawab : “Terserah kepadamu, tetapi sekiranya kamu menambah, itu lebih baik bagimu.”
Aku pun berkata : “Aku jadikan semua doaku untukmu.”
Beliau S.A.W pun bersabda : “Sekiranya begitu, akan dicukupkan semua keinginanmu dan diampuni semua dosamu.”

[Hadis Riwayat at-Tirmidzi]
sumber

Hasbiyalloh ... 7 kali

قال سيدنا ﷺ:
.
(مَنْ قالَ فِي كُلّ يَوْمٍ حِينَ يُصْبحُ وَحِينَ يُمْسِي: حَسْبِيَ اللَّهُ لا إِلهَ إِلاَّ هُوَ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَهُوَ رَبُّ العَرْشِ العَظِيمِ سَبْعَ مَرَّاتٍ كَفَاهُ اللَّهُ تَعالى ما أهمَّهُ مِنْ أمْرِ الدُّنْيا والآخِرَةِ).
.
أخرجه ابن السني في عمل اليوم والليلة.

sumber