Mengenai Al-Imam Al-Ghozali. Kitab-kitab beliau khususnya kitab Ihya
Ulumuddin adalah salah satu kitab yang terbaik yang pernah di karang
oleh ulama Islam di muka bumi ini. Sehingga banyak ulama yang
menjadikannya sebagai pondasi utama mereka dalam menempuh jalan untuk
mencapai keridhoan Allah. Bahkan banyak dari mereka yang menulis kitab
tentang keutamaanya dan kemulian kitab Ihya Ulumuddin. Pada masa sebelum
ada mesin cetak, saat ketika kitab-kitab masih ditulis dengan tangan,
Al-Imam Al-Qutb Sultonul Mala\’ As-Syeikh Abdullah bin Abi Bakar
Al-Idrus mengatakan; “Aku menjamin syurga bagi siapapun yang menulis
kitab Ihya Ulumuddin dengan tangannya dan membaginya menjadi 40 jilid.”
Maka di zaman beliau tersebar kitab Ihya Ulumuddin di berbagai penjuru.
Dan banyak ulama mengatakan bahwa perbedaan antara Ulama yang bertaqwa
dengan Ulama dunia yang sesat adalah hubungan erat mereka dengan
kitab-kitab Al-Imam Al-Ghozali. Ulama yang mencintai kitab Al-Imam
Ghozali adalah ulama yang bertaqwa kepada Allah sedangkan yang
membencinya adalah para pecinta dunia yang hina. Sebab Al-Ghozali dalam
kitab-kitabnya banyak mempermalukan dunia dan para pecintanya serta para
ulama yang tenggelam dalam kecintaan kepada dunia.
Al-Imam Zainuddin Al-Iraqi menulis takhrij tentang hadits-hadits yang
terdapat dalam Ihya Ulumuddin. Banyak dari hadits hadits tersebut yang
bersambung sanadnya. Diantara hadits hadits tsb ada yang shohih, hasan,
maupun dhoif. Juda ada hadits-hadits dimana Al-Imam Zainuddin Al-Iraqi
tidak mengetahuinya sehingga beliau menyatakan dengan pernyataan yang
penuh adab dan penghormatan:
لم أجد له أصل
Artinya: saya belum mendapatkan asal usulnya.
Ketidaktahuan Al-Imam Zainuddin Al-Iraqi tentang asal usul hadits
tersebut tidaklah lantas membuat hadits tersebut menjadi palsu. Beliau
mungkin belum mengetahuinya, namun ulama-ulama lain mengetahuinya.
Datang beberapa masa setelah Al-Imam Zainuddin Al-Iraqi seorang ulama
besar di kota Zabid, Yaman yaitu Al-Imam Al-Muhaddits Al-Hujjah Muhammad
bin Muhammad bin Murtadho Az-Zabidi dengan kitab yang beliau karang
kurang lebih sepuluh jilid yang merupakan syarah atau penjelasan tentang
materi dan isi dari kitab Ihya Ulumuddin. Dalam kitab tersebut Al-Imam
Al-Muhaddits Al-Hujjah Muhammad bin Muhammad bin Murtadho Az-Zabidi
banyak menyebutkan asal usul hadits-hadits pada Ihya Ulumuddin yang
tidak di ketahui oleh Al-Imam Zainuddin Al-Iraqi. Az-Zabidi sendiri
menyatakan bahwa Al-Iraqi pernah menyatakan tentang hadits ini bahwa
beliau tidak mengetahui dan mendapati asal usulnya namun saya telah
mendapati sumber dan asal usulnya.
Kami juga mendengar dari guru kami Al-Habib Umar bin Muhammad bin
Salim bin Hafidz bahwa semua bahasan dan kajian yang disampaikan oleh
Al-Imam Ghozali dalam Ihya Ulumuddin tidak ada satupun yang didasari
atas hadits dhoif apalagi yang palsu. Semua bahasan dan kajiannya
berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits Shahih. Setelah itu Al-Imam Ghozali
menyertakan beberapa hadits lain sebagai pendukung. Beberapa diantaranya
ada hadits yang lemah. Namun itu hanya sebatas pandukung saja. Sekali
lagi, tidak ada satu kajianpun dalam Ihya Ulumuddin melainkan ada
sumbernya pada Al-Qur’an yang Mulia dan Hadits nabi Muhammad SAW yang
valid dan shahih.
Saya juga pernah membaca kitab yang bagus sekali tentang Al-Imam
Ghozali, berisi sanggahan terhadap kritikan beberapa ulama atas
hadits-hadits yang ada dalam Ihya Ulumuddin. Didalamnya disampaikan
dengan sangat baik, gamblang dan memuaskan jawaban atas kritikan
tersebut. Kitab yang saya maksud adalah kitab yang di tulis oleh Al-Imam
Al-Allamah Asy-Syahid As-Syeikh Muhammad Said Ramadhan Al-Buthi dengan
judul \"SYAKHSHIYYAT ISTAWQOFATNII\"
sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar