Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertobat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri. (AI-Baqarah, 2:222)
Jika Allah mencintai orang-orang yang bertobat, maka kita mengetahui bahwa tobat pasti dilakukan oleh setiap orang yang dicintai Allah. Tidak mungkin Allah mencintai seseorang kemudian membiarkannya penuh dengan noda kemaksiatan, baik dengan dosa kecil maupun besar. Bahkan Allah akan membebaskan dia dari belenggu yang membuatnya terus-menerus bermaksiat. Allah lah yang pertama-tama memberinya kemampuan untuk bertobat, baru kemudian ia dapat bertobat kepada-Nya. Allah lah yang pertama-tama mencintainya, barulah kemudian ia dapat mencintai-Nya dan menampakkan tanda-tanda cintanya kepada Allah SWT.
Pengetahuan bahwa di dalam tobat terdapat rahasia cinta Allah,
sebenarnya sudah cukup untuk membangkitkan semangat orang-orang yang
beriman untuk bertobat. Seandainya tidak ada keutamaan lain dalam
bertobat selain hal ini, maka sudah seharusnya setiap Mukmin mendambakan
tobat. Sebab, cita-cita tertinggi setiap orang yang beriman adalah
mendapatkan cinta Allah. Tidak ada yang lebih penting bagi mereka selain
hal ini. Karena itulah setiap bentuk kebaikan menjadi sarana takwa dan
tobat, baik itu haji, jihad, ilmu, dakwah, pertemuan yang baik, maupun
bulan Ramadhan. Semua jenis kebaikan merupakan sarana dan lahan untuk
bertobat. Kita pun telah mengetahui bahwa kewajiban bertobat berlaku
bagi semua orang, dan tobat merupakan langkah awal dan tidak ada
akhirnya. Kita juga mengetahui bahwa tidak ada seorang penghuni bumi
maupun langit, baik yang terdahulu maupun yang akan datang, yang
mencapai puncak makrifat terhadap salah satu sifat atau nama Allah.
Apalagi untuk mengetahui dengan sempurna semua nama dan sifat Allah.
Setiap orang dari mereka memiliki kekurangan, baik itu kaum mulia; para
muqarrabin. Dengan berkat karunia Allah, mereka senantiasa menemukan
dalam diri mereka perasaan kurang, sebagaimana yang disebutkan dalam
sabda beliau saw:
“Duhai Allah, aku berlindung dengan keridhaan-Mu dari amarah-Mu, dengan ampunan-Mu dari siksa-Mu, dan aku berlindung dengan-Mu dari-Mu. Maha Suci Engkau, aku tidak dapat memuji-Mu dengan sebuah pujian sebagaimana Engkau memuji diri-Mu sendiri.”
Allahuma soli ala sayidina muhammad nabiyil umiy wa alihi wa shobihi wa salim
sumber
“Duhai Allah, aku berlindung dengan keridhaan-Mu dari amarah-Mu, dengan ampunan-Mu dari siksa-Mu, dan aku berlindung dengan-Mu dari-Mu. Maha Suci Engkau, aku tidak dapat memuji-Mu dengan sebuah pujian sebagaimana Engkau memuji diri-Mu sendiri.”
Allahuma soli ala sayidina muhammad nabiyil umiy wa alihi wa shobihi wa salim
Tidak ada komentar:
Posting Komentar