Imam Salim bin Abdillah bin Umar bin Khattab ra berkata, “Sesungguhnya pertolongan Allah kepada seorang akan disesuaikan dengan niatnya. siapapun yang ikhlas dalam niatnya maka pertolongan Allah akan sempurna baginya. Siapa pun yang kurang ikhlas dalam niatnya, maka pertolongan Allah akan disesuaikan dengan niatnya itu.
Maka harus diketahui, bahwa Allah memberi pertolongan bukan karena banyaknya amal-amal kebajikan dan banyaknya doa-doanya, tetapi tergantung dengan keikhlasannya.
Nabi Muhammad SAW bersabda kepada shahabat Mu’adz ibnu Jabal, “Ikhlaskan amal kebajikanmu meskipun hanya sedikit, maka engkau akan diberi pahala yang banyak.”
Baik niat maupun ikhlas, adalah ‘pekerjaan’ hati yang menjadi standar bagi diterima tidaknya amal ibadah seseorang. Berbeda dengan hukum halal atau haram, maka syariat Islam hanya menerapkannya terhadap sesuatu yang dhahir dan kasat mata.
Bahkan, jika ada seseorang yang berbohong di depan pengadilan, namun ia mampu menunjukkan bukti-bukti bagi pengakuannya, sekalipun bukti-bukti yang dimilikinya itu hakikatnya adalah palsu, namun jika tampak secara dhahir adalah benar, maka pengadilan Islam-pun tetap akan memenangkannya, karena hukum Islam itu dibangun atas perkara-perkara yang dhahir atau kasat mata.
Adapun bagi si pembohong yang dimenangkannya itu sejatinya telah dipersiapkan oleh Allah baju kebohongan dari neraka, yang kelak akan dikenakannya sejak ia menghuni makam kuburannya, hingga kelak saat menghadap kepada Allah SWT di hari pembalasan.
Menurut sebagian para ulama, tingkatan ikhlas ada tiga macam, yang dapat diilustrasikan sebagai ikhlas kelas VIP (eksekutif), kelas BISNIS (terhormat) dan kelas EKONOMI (sederhana).
Pertama, ikhlas berkelas VIP, yaitu ikhlasnya para nabi dan rasul, serta para shahabat dan tabi’in, yaitu mereka beramal hanya karena Allah semata tanpa berharap sesuatu balasan di dunia maupun akhirat, namun semata-mata hanya beramal karena Allah.
Contohnya saat Shahabat Tsauban mengadu kepada Rasulullah SAW, bahwa jika diperbolehkan, maka dirinya lebih senang hidup di Madinah yang setiap saat dapat bertemu dan bersua bersama Rasulullah SAW, dari pada hidup di sorga jika tempatnya harus berjauhan dari tempat Rasulullah SAW. Inilah cinta murni yang sangat ikhlas kepada Rasulullah SAW.
Kedua, ikhlas berkelas BISNIS, yaitu ikhlasnya seseorang yang beramal ikhlas karena Allah, namun tetap berharap agar diberi pahala dan ampunan bagi dosa-dosanya serta berharap agar kelak dimasukan ke dalam sorga.
Ia tidak pernah mengeluh terhadap kondisi kehidupannya di dunia, ia ikhlas menerima apa yang telah ditaqdirkan oleh Allah terhadap nasibnya. Saat mendapatkan kenikmatan ia bersyukur dan menambah ibadahnya, sedangkan jika menemui kesulitan ia bersabar dan tidak mengeluh kepada siapapun kecuali hanya berdoa kepada Allah.
Ketiga, ikhlas berkelas EKONOMI, yaitu ikhlasnya seseorang yang beramal karena Allah, namun dengan tujuan agar ia mendapat kesenangan hidup dunia dalam batas yang diperbolehkan, seperti diluaskan rezekinya dan dijauhkan dari segala macam bencana, ia juga giat bekerja mencari rezeki yang halal, dan berusaha menikmati kehidupan dunia yang diperolehnya, namun tetap mempunyai standar syariat sebagai pegangan hidupnya, serta tetap mempertahankan ruang lingkup ikhlas karena Allah dalam beraktifitas.
Adapun selain yang tersebut di atas, maka semua amalan seseorang itu dapat digolongkan sebagai amalan riya’ (pamer) yang sangat tercela di hadapan Allah SWT.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar