HOME | CARI ARTIKEL DI SINI

Jumat, 04 Maret 2016

Mengenang Sang Raja hati , Al Habib Mundzir al Musawwa

Saya tidak banyak mengenal sosok beliau dengan seksama , selain saya mendapati beliau adalah termasuk kalangan Habaib yang banyak dicintai oleh banyak pemuda – pemudi negeri ini . Itu bagi saya cukup menarik jika melihat fakta , bahwa betapa banyak Habaib yang lebih alim dari beliau , betapa banyak Habaib yang trah keluarganya lebih terkenal dari keluarga beliau , namun para pemuda – pemudi itu hati mereka lebih condong kepada diri beliau dibanding yang lainnya .
.
.
Saya kira hal itu terjadi karena setidaknya ada beberapa alasan pokok . Pertama , karena hakekat kemaqbulan yang beliau miliki selama hidupnya adalah Tauriyyah dari keagungan Guru Fath beliau , Sayyidinal Habib Umar bin Hafidz .
.
.
Kemaqbulan dan kemasyhuran yang beliau miliki adalah keagungan Gurunya yang di letakkan “ dengan sengaja “ oleh Sang Guru keatas pundaknya karena sesungguhnya keagungan semacam itu tidak pas /tidak tepat jika di letakkan di tanah Hadromaut yang mulia .
.
.
Tanah Hadromut adalah tanah yang di ciptakan Tuhan untuk rumah-rumah kekhumulan , ketasatturan , dan tidak akan kuat menerima hal-hal yang berlawanan dengan itu semua . Sebagaimana pernah terjadi saat kemasyhuran Al Quthub Ali Bin Muhammad Al Habsyi begitu memmpesona mata , para Auliya “ berbisik “ bahwa keagungan semacam ini tidak akan pernah Hadromut mampu kuat menahannya lama-lama.
.
.
Maka kemudian terjadi sebuah peristiwa-peristiwa di kota Sewun yang membuat Al Habib Ali memutuskan untuk mengekspor Majlis – Majlis agungnya yang selalu di datangi puluhan ribu orang itu ke Tanah Jawa melalui salah satu murid beliau , Al arif billah Al Habib Alwi bin Muhammad al Habasyi . Kepada muridnya ini , beliau mengirim sebuah surat perintah untuk :

“ Buatlah Majlis Maulid Tahunandi Jawa , dimana engkau kumpulkan banyak orang dari penjuru daerah untuk membaca untaian kisah Maulid ( simthud Durar ) ku ini dan engkau jamu mereka semua … “
.
.
Jadilah kemudian Majlis Maulid Habibana Ali Al Habasyi tersebar kepenjuru negeri ini dengan pesatnya , karena kemasyhuran dan kemegahan-kemegahan semacam ini Tanah Jawa adalah tempatnya .
.
.
Senada dengan itu , keagungan Habiban Umar bin Hafidz serta kemasyhurannya Tanah Hadromut tidak pas untuk mengayominya . Maka beliau “ titipkan” keagungannya itu kepada para murid beliau di luar Hadromut , dan salah satunya melalui Al Habib Mundzir al Musawa dengan Majlis Rasulullahnya .
.
Atau yang kedua , mungkin alasannya memang muncul dari pancaran rahasia spiritual Habib Mundzir sendiri . Dimana selama berdakwah , beliau selalu menyampaikannya dengan hati sanubari , bukan sekedar kemahiran mengumbar narasi di atas mimbar atau kelihaian dalam mengalahkan hujjah musuh-musih dakwahnya .
.
.
Sesungguhnya dakwah ( kalimat-kalimat ) yang meluncur dari ruang-ruang hati , akan menumbuhkan buah – buah kemaqbulannya .
.
.
Al Habib Mundzir tampaknya memang sudah terpilih untuk mengambil peran itu . Dirinya “ terpilih “ bahkan dimulai saat sepertinya keadaan tidak memungkinkannya.
Saat Al Habib Umar berkeliling Indonesia di awal tahun 90-an , untuk mencari calon murid yang akan beliau bawa ke Hadromut dan akan di didik disana , saat itu Habib Mundzir yang masih belajar di Madrasah Al Khairat sangat kepincut untuk dapat turut terpilih . Sayang sekali kuota calon santri itu sudah terpenuhi . Tidak ada lagi jatah tambahan .
.
.
Namun saat Al abib Umar berkunjung ke Al Khairat , dan itu kunjungan beliau yang terahir di saat itu , Allah Ta’ala “ memilih “ untuk turut menyertakan Habib Mundzir dalam rombongan calon-calon santri yang akan mendapat bea siswa ke Hadromut sana .
.
.
A Habib Ali Zainal Abidin Al Jufriy berkata :
“ Kami mengunjungi ma’had Al Khairat yang dipimpin oleh Al Habib Muhammad Naqib bin Syech Abi Bakar , dan jumlah pelajar yang akan dibawa oleh Sayyidi Al Habib Umar ke Tarim sudah terpenuhi .
.
.
Disaat aku duduk bersama para pelajar ma’had , seketika pandanganku tertuju kepada seorang pemuda yang sangat menarik perhatianku , sebab pancaran wajah dan ketawadhuannya . Maka aku berkata di dalam hati :
“ akan aku sampaikan kepada Sayyidi Umar tentang pemuda ini “
Ketika kami berdiri , pemuda itu datang menghampiri untuk menyalamiku . Aku bertanya kepadanya :
“ Siapa namamu ? “
Ia menjawab dengan sangat sopan dan penuh ketawadhuan :
“ Khadim ( pelayan)mu , Mundzir “
.
Kemudian Sayyidi Umar datang dan akupun mengabarinya tentang pemuda itu, lalu beliau bertanya :
“ mana pemuda yang engkau ceritakan itu ? “
Aku menjawab : “ Itu dia , pemuda yang memakai peci warna hijau … “
Maka Al habib Umar berkata :
“ Annak ini harus ada diantara mereka ( para calon santri ) dan dia tidak boleh di undur sampai angkatan kedua . “
.
.
Mendengar perintah itu , al Habib Umar bin Muhammad Maulakhela berinisiatif untuk menjadi penanggung biaya perjalanan Pemuda Mundzir itu ke kota Tarim , dan ini dihitung sebagai sebuah jasa besar habib Umar mulakhella yang selalu diceritakan dan di ingat Habib Mundzir di dalam majlis-majlisnya .
.
.
Al Habib Mundzir selama beberapa tahun memikul tanggung jawab besar amanah kemuliaan dakwah Gurunya . Sampai kemudian betul-betul secara fisik dan rukhani beliau sudah tidak kuat lagi menanggungnya , jika saj tidak ada perhatian ruhaniyyah dari para aslaf dan guru-gurunya .
.
.
Saat genap usianya 40 tahun , di suatu pagi beliau berkata kepada istrinya ;
“ Alhamdulillah , aku bermimpi bertemu dengan Rasulullah SAW dan aku mengadukan keadaanku kepada beliau , betapa beratnya beban dakwah dan telah lemah kekuatanku sehingga aku tidak mampu memikul beban ini .
Maka beliau memberiku kabar gembira , Rasulullah SAW berkata ;
“ MUROKH KHOSUN , WAL AMRU INDA UMAR … Aku beri ijin kemurahan kepadamu , dan dalam hal ini terserah Umar “
.
.
Maksud bagind nabi SAW dengan Umar adalah habib Umar bin Hafidz guru beliau . Dan benar juga akhirnya , di sore hari itu juga , beliau wafat meninggalkan dunia yang penuh kepayahan ini , menuju belaian kasih aslaf-aslafnya , wabil khusus baginda nabi Muhammad SAW al Mushthofa .
.
.
Habib salim , putra Habibana Umar bin Hafidz berkata :
“ Dari perkataan Habib Mundzir yang pernah aku dengar , dia berkata :
“ Wahai Salim , sungguh aku berharap ketika aku diletakkan kedalam kuburku , aku berharap Sayyidiy Umar mengangkat kedua tangannya dan berdoa kepada Allah ta’ala , YA ROBB …SUNGGUH AKU TELAH MERIDHOINYA ..
Ketika habib Mundzir wafat , perkataanku itu aku sampaikan kepada ayahku , dan beliau mengangkat kedua tangannya seraya berkata :
“ YA ROBB …ANNI ANHU RODHIN …wahai Tuhan kami , sungguh aku telah meridhoinya “
.
.
Sungguh mulia keadaan seorang murid yang meninggalkan dunia , sementara Gurunya yang Paripurna itu telah jatuh hati untuk meridhoinya .
“ Ya bahtak , Ya Mundzir “
Beruntung sekali dirimu , wahai Habib Mundhir . Maha Guru tuan pun memuji :
“ Anta mundzir , wa anta mubasyir …Enkau ini Mundzir , di dalam dirimu ada kabar gembira “
.
.
Pesona dan cahaya dalam diri Habib Mundzir begitu memppesona anak-anak negeri ini , Sebagaiman persaksian ba’dhus Shalihin dari Kota Tarim :
“ Wajhuka Nawwir ,,, anta Musy Mundzir , anta Muhammad Maula Jawa , war Royah Batakunu fi yadika …. Wajahmu bersinar bercahaya , ( laksana ) engkau ini bukan Mundzir , tetapi engkau adalah Seorang yang akan dipuji-puji ( Muhammad ) sang pemmilik Tanah Jawa . Dan bendera dakwah aka nada ditanganmu …”
.
.
Sesudah habib Mundzir tiada , anak-anak negeri ini hanya tinggal mendapatkan kemudahannya saja . Bendera dakwah Majlis rasulullah semakin hari berkibar dimana-mana . semakin hari semakin banyak anak-anak negeri yang ikut bersama mengibarkannya .
.
.
Alhamdulillah , menjadi mudah karena bagihan tersulitnya , beban – beban itu sudah terlebih dahulu Habib Mundzir al Musawwa yang memikulnya .
Jazallah anna Habiban Mundzir khoira . Jazalloh anna Habibana Mundzir ma huwa ahluh .
Semoga Allah membalas jasa habib Mundzir kepada kita dengan sebaik – baik balasan . semoga Allah membalas sesuai dengan apa yang beliau berhak mendapatkannya . Amin.
Ditulis oleh Muhajir Madad Salim
sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar