Al Alim Al Allamah Al Arifbillah K.H. AMIN SEPUH
(Babakan Ciwaringin Cirebon)
------------------------
Diceritakan disebuah majelis, almarhum KH. Abdul Mujib Ridlwan, Putra KH. Ridlwan Abdullah Pencipta lambang NU, mengajukan sebuah pertanyaan, “Kenapa Perlawanan Rakyat Surabaya itu terjadi 10 November 1945, kenapa tidak sehari atau dua hari sebelumnya padahal pada saat itu tentara dan rakyat sudah siap?”
(Babakan Ciwaringin Cirebon)
------------------------
Diceritakan disebuah majelis, almarhum KH. Abdul Mujib Ridlwan, Putra KH. Ridlwan Abdullah Pencipta lambang NU, mengajukan sebuah pertanyaan, “Kenapa Perlawanan Rakyat Surabaya itu terjadi 10 November 1945, kenapa tidak sehari atau dua hari sebelumnya padahal pada saat itu tentara dan rakyat sudah siap?”
Melihat tak satupun diantara yang hadir dalam majelis itu dapat menjawab, pertanyaan itu dijawab sendiri oleh Kiai Mujib, “Jawabannya adalah saat itu belum diizinkan Hadratusy Syaikh KH. Hasyim Asy’ari untuk memulai pertempuran, Mengapa tidak diizinkan? ternyata Kiai Hasyim Asy’ari menunggu kekasih Allah dari Cirebon yang akan datang menjaga Langit Surabaya, Beliau Adalah KH. ABBAS ABDUL JAMIL dari pesantren buntet Cirebon dan KH AMIN SEPUH dari Pesantren Babakan Ciwaringin Cirebon.
KH Amin Sepuh adalah seorang ulama legendaris dari Cirebon, selain dikenal sebagai ulama, beliau juga pendekar yang menguasai berbagai ilmu bela diri dan kanuragan, Beliau juga seorang pakar kitab Kuning sekaligus jagoan perang.
Kiyai Amin bin Irsyad, atau yang lebih dikenal dengan sebutan Kiyai Amin Sepuh, lahir pada Hari jum’at 24 Djulhijjah 1300 H, bertepatan dengan tahun 1879 M, di Mijahan Plumbon, Cirebon, Jawa Barat. Beliau adalah AHLUL BAIT, dari silsilah Syaikh Syarif Hidayatullah. (Baca Siilsilah Bani Amin, KH. Mudakkir)
Kiyai Amin kecil yang belajar kepada ayahnya kiyai Irsyad(wafat di Mekkah) adalah contoh santri kelana tolen, yang berkelana ke berbagai tempat untuk menuntut ilmu dari para ulama yang mumpuni. Setelah dirasa cukup menguasai dasar-dasar ilmu agama dari sang ayah, dan ilmu kanuragan tentunya, beliau dipindahkan kepesantren Sukasari, Plered, Cirebon dibawah asuhan Kiyai Nasuha, setelah itu pindah kesebuah pesantren di daerah Jatisari di bawah bimbingan Kiyai Hasan.
Beliau juga sempat mesantren di Pesantren Kaliwungu Kendal (kakak angkatan KH.Ru’yat), lalu ke Pesantren Mangkang Semarang.
Berikutnya Beliau pindah kesebuah pesantren Jawa Tengah Tepatnya daerah Tegal, yang diasuh oleh Kiyai Ubaidah. Lalu pindah lagi kepesantren yang waktu itu sangat kondang di Jawa Timur, yakni Pesantren Bangkalan Madura, belajar pada Hadratusy Syeh KH. CHOLIL, beliau dibawah asuhan Kiyai Hasyim Asy’ari, pendiri NU (waktu itu KH. Hasyim Asy’ari masih Tahassus/Ustadz pada KH Cholil). Yang kemudian diteruskan di Pesantren Tebuireng Jombang, Beliau takhassus/mengabdi pada KH. Hasyim Asy’ari, karena sama-sama alumni KH. Cholil Bangkalan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar