HOME | CARI ARTIKEL DI SINI

Minggu, 16 Agustus 2020

Ijāzah Doa dari al-Būtī

Sebagaimana diketahui, bahwa saat menyaksikan video-video pengajian al-Būtī, di penghujung pengajiannya al-Būtī selalu berdoa dengan penuh penghayatan dan khusyū’. Bahkan, tak jarang dalam doanya, al-Būtī selalu meneteskan air mata. 

Atau lihat saja, video-video di Youtube misalnya, doa al-Būtī saat khutbah terakhir kalinya sebelum al-Būtī wafat. Sungguh, doa yang sangat luar biasa, menyentuh dan mengetarkan jiwa.

Begitulah pribadi al-Būtī. Beliau sangat terpengaruh oleh gaya ayahnya, Syeikh Mullā. Pembawaan pribadinya penuh kharismatik dan wibawa. Untaian kalam-nya pun menggetarkan jiwa-jiwa yang dahaga siraman ruhani.

Dalam salah satu pengajian rutin al-Būtī, beliau pernah memberikan satu doa kepada murid-muridnya. Al-Būtī berharap kita semua bisa mengamalkannya. Doa ini sangat ampuh, al-Būtī mengisahkan bahwa doa ini bersumber dari riwayat Sayyidina Ali ra. Begini kisahnya:

Sayyidina Ali ra. bercerita: "Saat saya sedang bertawaf mengelilingi ka’bah. Lalu, saya melihat laki-laki yang sedang bersimpuh di dinding ka’bah seraya berdoa." Berikut isi doanya:

اللهم يا من لا يُشْغِلُه سمْعٌ عن سمْعه يا من لا تُغْلِطُه كثرة المسائل يا من لا يَتَبَرَّم بإلْحاح عباده المُلِحِّين عليه اَذِقْنا بَرْد رحمتك وكرم استجابتك !

[Allahumma yā man lā yasyghaluhu sam’un 'an sam’ihi, yā man lā tughlithuhu katsratul masāil, yā man lā yatabarramu bi ilhāhi ibādihil mulihhīna alaihi, adziqnā barda rahmatik wa karamastijābatik]

"Duhai Allah, wahai Zat yang tidak sibuk pendengaran-Nya karena mendengar yang lain, wahai Zat yang tidak pernah keliru memberi kepada banyak peminta, wahai Zat yang tak pernah bosan mendengarkan keluh-kesah hamba-Nya. Berikan kami sejuknya belas kasih-Mu dan mulianya pengabulan-Mu."

Kemudian saya [Ali ra.] menyapa laki-laki itu: "Ulangi-ulangi, doa yang Anda lantunkan!" 

Laki-laki itu menoleh kepadaku [Ali ra.] seraya berkata: "Apakah Anda mendengar doa saya?"

"Ya, saya mendengarnya." jawabku [Ali ra.]

Laki-laki itupun mengulangi doanya dan kemudian berkata:

ادع الله بهذا الدعاء دبر كل الصلاة فوالذي نفس الخضر  بيده ما دعا بهذا الدعاء داع إلا غفر الله له ذنوبه كله.

"Berdoalah Anda kepada Allah dengan doa ini setiap selesai sholat, demi Zat yang jiwa Khidhir ada di tangan-Nya, seseorang tidak berdoa dengan doa ini kecuali Allah ampunkan seluruh dosa-dosanya."

Dalam kitab "Fath al-Bārī" karya Ibn Hajar al-Asqalānī menyebutkan bahwa laki-laki yang bersimpuh di ka’bah tadi adalah Nabi Khidir as.

Semoga kita semua bisa istikamah mengamalkan doa ini. Dengan harapan, ampunan dan kasih sayang Allah senantiasa membersamai kita semua dalam menjalani kehidupan di zaman "edan" ini. Amin.

Semoga bermanfaat.

Moh. Mufid
(Peneliti Maqasid Centre)

Keramat Syekh Ahmad Ad-Dardiri Ulama Al-Azhar Yang Gemar Bershalawat

Syekh Ahmad Ad-Dardiri merupakan salah satu ulama besar Al-Azhar pada zamannya. Beliau produktif menulis banyak buku dalam bidang tasawuf, fikih dan ilmu kalam. Salah satu karya populernya adalah Aqrab Al-Masalik li Madzhab Al-Imam Malik.

Diceritakan oleh Muhammad Husain, salah satu ulama Al-Azhar sekaligus anggota Kementerian Wakaf Mesir bahwa Syekh Ahmad Ad-Dardiri telah hafal Al-Qur’an sejak kecil.

Salah satu keramat Syekh Ahmad Ad-Dardiri adalah suatu ketika saat masih kecil, salah satu teman sepermainannya kehilangan kunci rumah. Semua penghuni rumah tidak bisa masuk rumah. Oleh Syekh Ahmad, pintu rumah tersebut dibacakan surat Quraisy. Sesaat kemudian pintu rumah terbuka.

Keramat beliau selanjutnya adalah saat beliau menginjak remaja. Ada seorang remaja putri ingin dibacakn sebuah teks yang dia tidak paham maknanya. Remaja tadi mengajak Ahmad Ad-Dardiri muda ke rumahnya.

Di dalam rumah, remaja itu tertarik dengan beliau. Dia pun menipu daya. Pintu rumahnya lekas-lekas ditutupnya agar dia bisa bebas berzina dengannya.

Tidak kehilangan akal, Ahmad Ad-Dardiri muda kemudian meminta ijin ke kamar mandi. Remaja putri itu pun mengizinkan. Di dalam kamar mandi, beliau teringat ayat,

‏‏وَمَن يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا

“Dan barang siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar.” (QS. Ath-Thalâq [65]: 2)

Lalu Ahmad Ad-Dardiri muda berkata, “Ya Allah Tuhanku, saya sudah mewujudkan ketakwaanku kepada-Mu (dengan tidak ingin berzina). Lantas manakah  jalan kluar (yang Engkau janjikan)?”

Mendadak dari dalam kamar mandi, ada tangga menjulur keluar. Dari tangga itu, Ahmad Ad-Dardiri muda langsung lari dari rumah remaja wanita tersebut.

Kejadian ini membuat Ahmad Ad-Dardiri muda sampai terlambat hadir ngaji. Sampai-sampai sang guru bertanya, “Ahmad, mengapa kamu telat? Apakah tangga itu menyenangkanmu?”

Ahmad Ad-Dardiri muda kaget dengan keramat yang ada pada sang guru. Beliau pun hanya bisa tersenyum malu.

Diceritakan juga, bahwa Syekh Ali Al-Bayumi Mesir rutin membaca shalawat sebanyak 100 ribu kali setiap hari. Hingga suatu ketika beliau bermimpi berjumpa Nabi Muhammad SAW. Dalam mimpi itu, beliau bertanya kepada Nabi, “Apakah ada orang yang bershalawat untuk panjenengan lebih dari saya, wahai Rasulullah?”

Maka Nabi pun menjawab, “Iya, ada. Ahmad Ad-Dardiri bershalawat untukku melebihi dirimu.”

Syekh Ali bertanya lagi, “Bagaimana dia melantukan shalawat untuk panjenengan, wahai Rasul?”

Nabi mengatakan bahwa dalam sehari Syekh Ahmad Ad-Dardiri membaca shalawat sebanyak 10 kali dengan redaksi kalimat yang berbunyi,

اللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى ألِهِ عَدَدَ كَمَالِ اللّٰهِ وَكَمَا يَلِيْقُ بِكَمَالِهِ

Ya Allah, limpahkanlah rahmat takzim, salam kedamaian dan keberkahan kepada junjungan kami Muhammad beserta keluarganya sejumlah bilangan kesempurnaan-Mu (Allah) dan sesuai dengan derajat kesempurnaan beliau. الى حضرة النبي والشيخ أحمد الدرديري والشيخ علي البيومي وجميع المؤمنين، لهم الفاتحة

Sumber

Sabtu, 15 Agustus 2020

Tak ada yang salah dalam setiap keputusan Allah

pena_tarim Tak ada yang salah dalam setiap keputusan Allah, yang ada adalah kekerdilan hati kita menyingkap hikmah dibaliknya. Bukan kah kita mengaku bahwa hidup dan mati kita hanya untuk Allah?
Bukan kah kita beriman kepada takdir baik dan buruk?
Mari menghamba, mengabdi kepada Allah seluruh alam semesta beserta bumi dan isinya dimiliki oleh-Nya, bukan kah berarti cobaan dan rintangan hidup mu juga diatur olehnya? lantas apa yang masih kau risaukan."

[ Al-Habib Umar bin Hafidz ]