"Barangsiapa hendak mengetahui aib-aibnya, maka ia dapat menempuh empat jalan berikut :
1. Duduk dihadapan seorang guru yang mampu mengetahui keburukan hati danberbagai
bahaya yang tersembunyi didalamnya. Kemudian ia memasrahkan dirinya
kepada sang guru dan mengikuti petunjuknya dalam bermujahadah
membersihkan aib itu. Ini adalah keadaan seorang murid dengan syeikhnya
dan seorang pelajar dengan gurunya. Sang guru akan menunjukkan
aib-aibnya dan cara pengobatannya, tapi di zaman ini guru semacam ini
langka.
2. Mencari seorang teman yang jujur, memiliki bashiroh (
mata hati yang tajam ) dan berpegangan pada agama. Ia kemudian
menjadikan temannya itu sebagai pengawas yang mengamati keadaan,
perbuatan, serta semua aib batin dan zhohirnya, sehingga ia dapat
memperingatkannya. Demikian inilah yang dahulu dilakukan oleh
orang-orang cerdik, orang-orang terkemuka dan para pemimpin agama.
3. Berusaha mengetahui aib dari ucapan musuh-musuhnya. Sebab pandangan
yang penuh kebencian akan berusaha menyingkapkan keburukan seseorang.
Bisa jadi manfaat yang diperoleh seseorang dari musuh yang sangat
membencinya dan suka mencari-cari kesalahannya adalah lebih banyak dari
teman yang suka bermanis muka, memuji dan menyembunyikan aib-aibnya.
Namun, sudah menjadi watak manusia untuk mendustakan ucapan
musuh-musuhnya dan mengangnya sebagai ungkapan kedengkian. Tetapi, orang
yang memiliki mata hati jernih mampu memetik pelajaran dari berbagai
keburukan dirinya yang disebutkan oleh musuhnya.
4. Bergaul dengan
masyarakat. Setiap kali melihat perilaku tercela seseorang, maka ia
segera menuduh dirinya sendiri juga memiliki sifat tercela itu. Kemudian
ia tuntut dirinya untuk segera meninggalkannya. Sebab, seorang Mukmin
adalah cermin bagi mukmin lainnya. Ketika melihat aib orang lain ia akan
melihat aib-aibnya sendiri.
(Imam Ghozali RA)
Allahuma soli ala sayidina muhamma dnabiyil umiy wa alihi wa shobihi wa salim
sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar