Merah
putih, bukan hanya sekadar warna dari bendera Indonesia. Tetapi
memiliki makna yang tinggi bagi kebanggaan dan kewibawaan bangsa. Maka
wajib hukumnya untuk dihormati.
”Kalau
tidak mau hormat pada Bendera Merah Putih, silahkan enyah dari
Indonesia,” tegas Ketua Jam’iyyah Ahlith Thariqah Al Mutabaroh An
Nahdliyyah (JATMAN) Habib Muhammad Luthfiy bin Ali bin Hasyim bin Yahya
saat menyampaikan mauidlatul khasanah Brebes Bersholawat di Simpang
Empat Saditan Baru Brebes Ahad malam (29/1).
Fanatisme terhadap Indonesia, lanjutnya, mutlak dimiliki oleh segenap umat Islam Indonesia. Jangan hanya janji yang diucapkan tetapi buktikan, kalau jiwa dan raga kita rela dikorbankan untuk Indonesia. ”Sangat aneh kalau hormat bendera merah putih dikatakan musyrik, syirik. Mereka tidak mengerti makna musyrik dan syirik, artinya perlu memperdalam lagi belajar agama,” ujar Habib.
Fanatisme terhadap Indonesia, lanjutnya, mutlak dimiliki oleh segenap umat Islam Indonesia. Jangan hanya janji yang diucapkan tetapi buktikan, kalau jiwa dan raga kita rela dikorbankan untuk Indonesia. ”Sangat aneh kalau hormat bendera merah putih dikatakan musyrik, syirik. Mereka tidak mengerti makna musyrik dan syirik, artinya perlu memperdalam lagi belajar agama,” ujar Habib.
Harusnya,
kata Habib, kita malu pada para pendahulu kita yang telah menegakan
Indonesia. Kemerdekaan Indonesia bukanlah hasil dari hadiah. Tetapi
melalui perjuangan yang memakan banyak korban. ”Betapa tak terkira
jumlahnya syuhada bangsa yang telah mengorbakan jiwa raganya demi
kemerdekaan Indonesia,” papar Habib.
Dikala
kita sudah merdeka, kita tinggal mengisinya dengan jalan membangun dan
membangun bangsa sesuai dengan posisi dan keahlian masing-masing. Kita
harus merenung, bagaimana nasib sebutir nasi yang kita makan. Tidak
serta merta ada, tetapi banyak tangan-tangan yang terlibat di dalamnya.
Di awali
dengan ahli bibit mengadakan penelitian untuk menghasilkan bibit unggul,
petani mencangkul, ibu-ibu memanggul, juragan menawarkan kepada
bakul-bakul, lalu digiling di rice mill dengan meninggalkan bekatul,
barulah beras di tanak menjadi nasi. ”Sebutir nasi, perlu beribu-ribu
tangan keihlasan untuk dimakan sebagai sarana menyehatkan badan kita,”
urai Habib.
Sementara,
berbicara di pengajian Maulid Nabi Muhammad SAW di pesantren
Assalafiyah Luwungragi Bulakamba Habib mengajak peran serta generasi
muda. Baik dalam peneguhan NKRI maupun pengembangan intelektual dan
moral.
Kita belum
sadar, kalau laut yang begitu luas mengandung sikap dan sifat yang
bersahaja dan tetap teguh pada pendirian, tak tergoyahkan. Kendati laut
di kirimi air dari berbagai anak sungai tetapi tetap saja terasa asin.
Begitupun
dengan ikan, meski hidup di laut yang berair asin, tetapi tetap saja
ikan tidak terasa asin bila di makan, kecuali kalau kita kasihkan garam.
”Peneguhan pendirian mutlak diperlukan, tidak berarti kolot dan
mementingkan diri sendiri. Tetapi sebagai tekad mempertahankan prinsip
dan ketetapan Allah SWT,” terangnya.
Kerusakan
lingkungan dengan menelantarkan tanaman mangrove (bakau), akan membuat
banjir rob. Padahal, fungsi pohon bakau disamping akan menstabilkan
ekosistem biota pantai juga akan melestarikan kehidupan pantai beserta
nelayan.
Habib
Lutfi bangga, dengan makin banyaknya remaja yang menghadiri pengajian.
Sehingga bisa menstabilkan rohaninya dan juga mendapatkan keberkahan
dari aktivitas yang positif.
Dalam
pengajian Maulid Nabi yang digelar Jamiyah Ratib Brebes maupun Pesantren
Assalafiyah, Bupati Brebes H Agung Widyantoro SH MSi menyampaikan
sambutan pentingnya peneguhan hati. Sebagai warga negara yang baik, dia
mengingatkan kalau pada bulan November 2012 bakal digelar Pemilihan
Bupati dan Wakil Bupati Brebes. Untuk itu dia menghimbau kepada warga
masyarakat untuk menggunakan hak pilihnya dengan cerdas.
Dikandung
maksud, tidak mudah di iming-iming dan jangan takut di amang-amang.
Jangan tergiur dengan iming-iming duit 5 ribu perak sampai 50 ribu
perak, kalau ternyata menyengsarakan untuk 5 tahun lamanya.
Begitupun,
tidak perlu takut dengan amang-amang. Jangan takut dengan intimidasi
dan teror dalam menentukan pilihan hati nuraninya. ”Aja wedi gedor-gedor
lawange kon milih sing dudu pilihane dewek,” tandas Bupati.
Bupati
menyarankan, pentingnya menjaga persatuan dan kesatuan. Dengan modal
persatuan, kedamaian, kondusifitas akan menjadi modal pembangunan
daerah. ”Mari kita bersatu padu, walau berbeda warna,” ajaknya.
sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar