Para ulama berkata: “Ini adalah tawassul
yang jelas dengan semua hamba yang beriman yang hidup atau yang tetah
mati. Beliau mengajarkan doa ini kepada sahabat dan memerintahkan
membaca doa ini. Dan semua orang salaf dan sekarang selalu berdoa dengan
doa ini ketika hendak pergi shalat.”
Abu Nu’aim dalam kitab alMa’rifah, at-Thabrani dan Ibnu Majah mentakhrij hadits:
عن انس بن مالك رضي الله عنه قال لما ماتت فاطمة بنت اسد ام علي بن ابي طالب رضي الله عنها – وذكر الحديث –وفيه : انه صلي الله عليه وسلم اضطجع في قبرها وقال: الله الذي يحي ويميت وهو حي لايموت اغفر لامى فاطمة بنت اسد ولقنها حجتها ووسع مدخلها بحق نبيك والأنبياء والمرسلين قبلي فإنك ارحم الرحمين
Dan Anas bin Malik r.a. ia berkata:
Ketika Fatimah binti Asad, ibunda Ali bin Abi Thalib r.a. meninggal
dunia, maka sesungguhnya Nabi Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa
salam berbaring di atas kuburannya dan bersabda: “Allah adalah Dzat
yang Menghidupkan dan Mematikan, Dia adalah Maka Hidup, tidak mati.
Ampunilah ibuku Fatimah binti Asad, ajarilah hujjah (jawaban) pertanyaan
kubur dan lapangkanlah kuburannya dengan hak Nabi-Mu dan nabi-nabi
serta para rasul sebelumku, sesungguhnya Engkau Maha Penyayang.”
Soal : Jika tawassul dengan orang-orang
yang telah mati itu boleh, mengapa Khalifah Umar bin al Khatthab
tawassul dengan al-Abbas, tidak dengan Nabi Shalallahu alaihi wa aalihi
wa shahbihi wa salam.
Jawab : Para ulama telah menjelaskan hal
ini juga, mereka berkata: “Adapun tawassul Umar bin al khatab dengan
al-Abbas r.a. bukanlah dalil larangan tawassul dengan orang yang telah
meninggal dunia. Tawassul Umar bin al-Khatthab r.a. dengan al-Abbas
tidak dengan Nabi Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam itu
untuk menjelaskan kepada orang-orang, bahwa tawassul dengan selain Nabi
itu boleh, tidak berdosa. Tentang mengapa dengan al-Abbas bukan dengan
sahabat-sahabat lain, adalah untuk memperlihatkan kemuliaan ahli bait
Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam.
sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar