Guru Mulia Habib Umar bin Hafidz :
RasulAllah saw berkata: “Sesungguhnya dalam sehari aku bertobat kepada Allah sebanyak tujuh puluh kali”
Lihatlah kekasih Allah,
panutan kita, dalam sehari semalam beliau saw tujuh puluh kali bertobat
kepada Allah. Bahkan dalam riwayat lain disebutkan bahwa dalam sehari
semalam beliau bertobat sebanyak seratus kali. Coba perhatikan, sejak
awal Ramadhan hingga hari ini, jika dikumpulkan tobat kita, apakah
sampai tujuh puluh kali? Sampai malam ketujuh ini, adakah salah seorang
di antara kita yang bertobat hingga tujuh puluh kali. Sedikitnya tobat
kita merupakan bukti lemahnya makrifat kita kepada Allah. Seandainya
kita benar-benar mengenal Allah, maka kita pasti akan bertobat
kepadaNya, berlari kepada-Nya. Sebab, setiap hamba, jika dia mengetahui
bahwa dirinya adalah hamba dan Allah adalah Tuhannya, maka ia pasti
akan berlari dari segala sesuatu menuju-Nya. Sehingga berbagai macam
ketaatan dan ibadah yang ada akan menjadi sarana baginya untuk berlari
menuju Allah. Engkau dapat berlari meninggalkan alam semesta dengan
segala isinya atau menjadikan semua itu sebagai sarana untuk berlari
menuju Allah. Engkau harus berlari meninggalkan semua keburukan dan
kegelapan alam, dan menjadikan semua ketaatan dan kebaikan yang ada di
alam ini sebagai sarana untuk berlari menuju Allah.
Kata berlari yang dimaksud dalam pembahasan di atas adalah berlari dari
dan berlari dengan, bukan berlari ke. Kata “berlari ke” hanya digunakan
untuk Allah sebagai tujuan, yaitu berlari ke Allah, bukan berlari
menuju ketaatan. Kita berlari ke (menuju) Allah dengan menjauhi
kemaksiatan dan melaksanakan ketaatan. Jika engkau ingin pergi ke sebuah
kota, maka engkau akan menggunakan mobil atau pesawat untuk sampai ke
sana. Engkau tidak menjadikan mobil atau pesawat itu sebagai tujuanmu
akan tetapi sekedar sebagai perantara (sarana) untuk menyampaikanmu ke
kota itu. Sebenarnya yang menyampaikan kita ke sana bukan sarana itu,
akan tetapi kita memerlukannya untuk sampai ke sana.
Sebagaimana dikatakan oleh Syeikh ‘Abdulqadir Al-Jailani tentang ketaatan:
“Denganmu kami tidak akan sampai, akan tetapi untuk sampai kami harus menggunakanmu.”
Allah Ta’ala mewahyukan:
Dialah Tuhan yang menjadikan kamu dapat berjalan di daratan, (berlayar) di lautan. (Yunus, 10:22)
Para Rasul merupakan simbol hubungan seseorang dan sampainya seseorang
kepada Allah Ta’ala, manusia pun sangat mencintai, memuliakan dan
membantu mereka. Karena itu tidaklah salah jika seseorang berkata kepada
Rasulullah saw:
“Dan kami tidak memiliki tempat berlari,, kecuali kepada dirimu”
Allahuma soli ala sayidina muhammad nabiyil umiy wa alihi wa shobihi wa salim
sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar