Rincian Pintu-Pintu Masuk Setan ke dalam Hati
Setan mempunyai banyak pintu masuk menuju hati. Karena itu, engkau, wahai -orang mukmin, harus menutupnya.
Salah satu pintu utamanya adalah nafsu dan amarah. Amarah adalah perusak akal. Jika bala tentara akal melemah, bala tentara setan akan datang menyerang.
Salah satu pintu utama yang lain adalah
iri hati dan tamak. Bilamana seorang hamba berlaku tamak terhadap apa
pun, ketamakan itu akan membuatnya buta dan tuli. Rasulullah Shalallahu
alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam pernah bersabda, “Kecintaanmu kepada sesuatu bisa membuatmu buta dan tuli.”
Pintu utama lainnya adalah kenyang,
meskipun dari makanan yang halal dan bersih. Sesungguhnya kenyang bisa
menguatkan nafsu, padahal nafsu adalah senjata bagi setan. Dikisahkan
bahwa iblis menampakkan diri kepada Nabi Yahya bin Zakaria. Lantas Nabi
Yahya melihat berbagai macam kail yang dibawa iblis. Beliau lalu
bertanya, “Hai Iblis, apa gerangan kail-kail itu?” Iblis menjawab, “Ini
adalah ragam nafsu yang kuhantamkan kepada anak-cucu Adam.” Nabi Yahya
kembali bertanya, “Lalu adakah salah satu kail itu pada diriku?” Iblis
menjelaskan, “Mungkin engkau kekenyangan sehingga membuatmu berat untuk
mengerjakan shalat dan berzikir.” Nabi Yahya bertanya lagi, “Adakah yang
lain?” Iblis menjawab, “Tidak.” Kemudian Nabi Yahya mengatakan, “Demi
Allah, selamanya aku tidak akan lagi memenuhi perutku dengan makanan.”
Lalu iblis membalas, “Demi Allah, selamanya aku tidak akan lagi
menasihati seorang Muslim.”
Pintu utama yang lain adalah kemewahan dalam perabotan, pakaian, dan rumah.
Jika setan melihat kemewahan telah menguasai hati seseorang, ia akan
bertelur dan menetas di hati tersebut. Ia akan senantiasa mendorong
orang tersebut untuk memperbanyak benda-benda tersebut dan
bermewah-mewahan dengannya sehingga usianya berlalu dalam kelalaian dan
ia dikejutkan dengan datangnya ajal.
Pintu utama lainnya adalah mengharap pujian manusia.
Jika sifat ini sudah menguasai hati seseorang, setan akan senantiasa
membuatnya senang untuk bersikap berpura-pura, sok manis, berlaku riya,
dan melakukan tipu daya di depan orang yang menjadi objeknya, sehingga
objek tadi seakan-akan sudah menjadi sembahannya. Orang yang mencari
muka akan senantiasa memikirkan cara untuk membuat objeknya menyukai
dirinya. Ia pun akan memuji objeknya dengan ucapan-ucapan manis yang
melenakan, menyembunyikan keburukan-keburukannya, tidak menyerunya
kepada kebaikan, dan tidak melarangnya dari kemungkaran.
Pintu masuk lainnya yang utama adalah tergesa-gesa dan tidak melakukan verifikasi.
Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salambersabda,
“Tergesa-gesa berasal dari setan, sedangkan berhati-hati dari Allah
Swt.” Sebab, setiap pekerjaan seharusnya dilakukan setelah direncanakan
dengan matang. Perencanaan sendiri memerlukan perenungan dan
kehati-hatian. Adapun ketergesaan menolak hal tersebut.
Pintu utama lainnya adalah dirham, dinar, dan semua jenis harta benda, baik yang berupa barang, kendaraan, maupun benda tidak bergerak. Setiap harta yang melebihi kebutuhan adalah tempat berdiamnya setan.
Pintu masuk utama lainnya adalah sifat kikir dan takut miskin.
Sifat tersebut mencegah seseorang untuk bersedekah dan mendorongnya
untuk menimbun. Di antara dampak buruk yang timbul dari sifat kikir
adalah kegemaran berada di pasar guna mengumpulkan uang, serta
tempat-tempat lain yang di dalamnya terdapat penipuan, kebohongan dan
tipu daya.
Salah satu pintu utama yang lain adalah fanatisme terhadap mazhab dan sekte;
juga kedengkian dan penghinaan kepada lawan. Itulah sebagian di antara
yang menghancurkan hamba-hamba Allah dan orang-orang fasik secara
keseluruhan.
Salah satu muslihat setan adalah ia memalingkan manusia dari aib-aib dirinya, dengan berbagai perselisihan dan pertengkaran antar-mazhab.
Abdullah bin Mas’ud menuturkan, “Sekelompok orang berkumpul dan
berzikir kepada Allah. Lalu setan mendatangi mereka dengan tujuan
membuyarkan mereka dari majelis zikir dan membuat mereka bercerai berai.
Namun, ia tidak berhasil. Ia kemudian mendatangi kelompok lain yang
sedang membicarakan urusan duniawi. Ia pun memecah—belah mereka sehingga
mereka bangkit saling membunuh di antara mereka. (Namun, bukan kelompok
kedua ini yang menjadi target setan.) Kelompok yang tadinya berzikir
kepada Allah lantas sibuk mengurus kelompok kedua dan mendamaikan
mereka. Dengan kesibukan itu, kelompok pertama akhirnya membuyarkan diri
dari majelis zikir mereka. Itulah tujuan setan terhadap mereka.”
Pintu utama lainnya adalah pintu yang membawa orang-orang awam yang belum mendalami dan menguasai ilmu agama untuk memikirkan zat Allah Swt.,
sifat-sifat-Nya, dan berbagai hal yang tidak bisa dicapai oleh nalar
mereka sehingga mereka ragu terhadap pokok-pokok ajaran agama Islam atau
tergambar di pikiran mereka berbagai persepsi tentang Allah yang tidak
pantas disematkan kepada-Nya. Dengan demikian, orang-orang yang terjebak
pada pintu ini bisa menjadi kafir atau pelaku bid’ah. Namun, mereka
senang dan bahagia atas persepsi yang ada di dada mereka, seraya
menyangkanya sebagai makrifat. Diriwayatkan dari Aisyah r.a. bahwa
Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam pernah
bersabda, “Sesungguhnya setan mendatangi salah seorang di antara
kalian, lantas ia bertanya, ‘Siapakah yang menciptakanmu?’ Ia akan
menjawab, ‘Allah Yang Mahasuci nan Mahaluhur.’ Setan bertanya lagi,
‘Siapa yang menciptakan Allah?’ Jika salah seorang di antara kalian
mendapatkan pertanyaan seperti itu, hendaklah ia menjawab, ‘Aku beriman
kepada Allah dan rasul-Nya.‘ Jawaban itu akan mengusir setan
tersebut!’ Nabi Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam tidak
memerintahkan umatnya untuk membahas cara mengatasi bisikan setan
seperti itu, karena bisikan seperti itu hanya menghinggapi orang-orang
awam, bukan para ulama. Sementara itu, kewajiban orang awam hanyalah
beriman, berserah diri, dan menyibukkan diri dengan ibadah dan urusan
penghidupan.
Di antara pintu-pintu setan yang utama adalah buruk sangka terhadap orang-orang Muslim.
Allah Swt. berfirman, Wahai orang-orang yang beriman!Jauhilah sebagian
besar prasangka. Sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa (QS Al-Hujurat
[49]: 12). Siapa yang menilai buruk orang lain lantaran prasangka,
setan mendorongnya untuk memanjangkan lidah dengan menggunjingnya,
mengurangi pemenuhan terhadap hak-haknya, atau memandangnya dengan
pandangan sebelah mata. Semua itu termasuk perkara-perkara yang
mencelakakan.
Selain itu, syariat Islam juga melarang
kita memosisikan diri pada kondisi yang bisa menimbulkan tuduhan orang
lain. Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa
salambersabda, “Takutlah kalian (hindarilah) terhadap tempat-tempatyang
bisa menjadikan kalian tertuduh.”
Suatu ketika Rasulullah berjalan bersama
Ummul Mukminin Shafiyah r.a., mengantarnya pulang ke rumahnya. Lalu
mereka berpapasan dengan dua orang Anshar. Rasulullah lantas menjelaskan
kepada mereka, “Dia Shafiyah binti Huyai.” Mereka lalu mengatakan, “Ya
Rasulullah, kami hanya berprasangka baik kepadamu.” Lalu Rasulullah
bersabda, “Sesungguhnya setan masuk ke diri anak-cucu Adam melalui
aliran darah di dalam tubuhnya. Sungguh, aku khawatir setan akan masuk
ke diri kalian.” Lihatlah bagaimana Rasulullah perduli dan menjaga
agama dua orang sahabatnya. Lihatlah bagaimana beliau menyayangi umatnya
dengan mengajarkan kepada mereka cara menjaga diri dari tuduhan orang.
Meskipun seseorang sangat tinggi kezuhudan, ketakwaan, dan keilmuannya,
sesungguhnya mata manusia tidak sama dalam menilainya. Ada yang
menilainya dengan pandangan kasih sayang dan ada pula yang menilainya
dengan pandangan kebencian. Karena itu, sebuah syair mengatakan:
- Mata kasih terhadap setiap aib adalah lemah.
- Tetapi mata kebencian menampakkan semua keburukan.
- Maka, sudah seharusnya kita menjaga diri dari berburuk sangka dan tuduhan dari orang-orang yang tidak baik.
- Jika sudah buruk perbuatan seseorang, buruk pula prasangka-prasangkanya dan ia memercayai tuduhan-tuduhan atas perbuatan yang ia sudah terbiasa dengannya.
Pintu-pintu masuk setan ini harus
ditutup, hati harus dibersihkan dari sifat-sifat yang tercela dengan
memperbanyak zikir dan berserah diri kepada Allah, dan kita harus
menuntut ilmu dan menjalin hubungan dengan orang-orang yang bertakwa.
sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar